Dengan mengendap-endap dan berbelok, mereka mencari ke mana semua itu terbawa. Sesampai di tempat tujuan, tampaklah nganga mulut ular raksasa bertanduk. Segera keduanya menyingkir, dan memilih pulang saja meski belum mendapatkan hasil.
Â
Dalam perjalanan pulang keduanya melintasi sebuah pohon besar nan menjulang. Yang membuat mereka berhenti sejenak adalah keadaan di bawah pohon. Tidak ada dedaun, reranting, dan tanaman semak. Permukaan tanah begitu jelas terlihat. Pandangan mereka memanjati batang pohon itu. Kedua mulut mereka langsung melongo begitu terlihat seekor ular besar sedang melingkar di sana. Dalam sekejap mereka lari tunggang-langgang.
Â
*
Â
Berburu memang dunia laki-laki. Di kaki gunung mati itu tiga pemuda lainnya sedang berburu. Mereka berpencar untuk mempermudah perburuan. Sementara bendungan mendung terpanggang matahari. Mencairlah, dan mengguyuri hutan dan sampai puncak gunung mati. Mereka mencari tempat berteduh.
Â
Satu orang menemukan sebuah gua dengan langit-langit yang nyaris tidak terjangkau oleh tangannya. Setelah menancapkan alat berburu di sisi gua kecil itu, segera ia duduk dan menghela nafas. Ia hendak bersandar. Belum sempat ia bersandar, sekonyong-konyong mulut gua mengatup.
Â
Dua kawannya menemukan gua-gua yang lain. Satunya meletakkan senjata kayu panjang secara tegak dari dasar ke langit gua. Sebentar ia pergi mencari ranting yang mungkin masih kering untuk dijadikan api unggun. Ranting-ranting pun diperolehnya tetapi gua tadi telah lenyap, kecuali semak terkuak seolah jejak ular raksasa.