Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Intervensi Berlebihan dalam Masalah Orang Lain: Maksud Baik Bisa Jadi Racun

11 Juli 2024   06:20 Diperbarui: 11 Juli 2024   07:00 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebiasaan menghakimi. Kebiasaan menghakimi juga menjadi faktor yang mendorong intervensi berlebihan. Orang yang cenderung menghakimi sering merasa bahwa pandangan atau caranya adalah yang paling benar. Ia tidak segan-segan memberikan kritik atau saran, meskipun hal tersebut tidak diminta. Menurut John Gottman (1999), dalam The Seven Principles for Making Marriage Work, kebiasaan menghakimi sering berakar dari persepsi diri yang merasa lebih superior dan pemahaman yang dangkal terhadap situasi orang lain.

Dampak Negatif Intervensi Berlebihan

Melanggar privasi dan batasan orang lain. Intervensi berlebihan sering melanggar privasi dan batasan pribadi orang lain. Ketika seseorang terus-menerus mencampuri urusan orang lain, ia mengabaikan hak orang tersebut untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri. Menurut Henry Cloud & John Townsend (1992), melanggar batasan pribadi dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman dan frustrasi pada individu yang diintervensi, serta merusak hubungan interpersonal.

Memperburuk situasi. Intervensi yang tidak tepat atau tidak diperlukan dapat memperburuk situasi yang ada. Alih-alih membantu menyelesaikan masalah, intervensi berlebihan sering menambah kerumitan dan memperpanjang konflik. Menurut Dale Carnegie (1936), dalam How to Win Friends and Influence People, intervensi yang tidak bijaksana dapat memicu reaksi negatif dan perlawanan dari pihak yang diintervensi, sehingga masalah menjadi lebih sulit untuk diatasi.

Menciptakan ketergantungan. Ketika seseorang terlalu sering diintervensi, ia bisa menjadi tergantung pada bantuan atau nasihat dari orang lain. Hal ini menghambat kemampuan individu untuk mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. 

Wendy Mogel (2001), dalam The Blessing of a Skinned Knee, menyebutkan bahwa intervensi berlebihan dapat mengurangi kesempatan bagi seseorang untuk belajar dari kesalahannya sendiri dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang penting untuk pertumbuhan pribadi.

Menyebabkan ketidakpercayaan. Intervensi berlebihan juga dapat menyebabkan ketidakpercayaan. Ketika seseorang merasa bahwa setiap langkahnya diawasi dan dikritisi, ia mungkin mulai meragukan kemampuannya sendiri dan merasa tidak percaya diri. John Gottman (1999) menjelaskan bahwa intervensi yang berlebihan dapat merusak rasa saling percaya dan menghormati dalam hubungan, baik dalam konteks pernikahan, persahabatan, maupun hubungan kerja.

Menguras energi dan emosi. Intervensi berlebihan dapat menguras energi dan emosi, baik orang yang memberikan intervensi maupun yang menerima. Orang yang terus-menerus terlibat dalam urusan orang lain sering merasa lelah secara fisik dan emosional, karena ia harus menghadapi stres dan ketegangan yang tidak perlu. 

Menurut Elaine Aron (1996), dalam The Highly Sensitive Person, menyebutkan bahwa intervensi berlebihan dapat menyebabkan kelelahan emosional, terutama bagi mereka yang sensitif dan mudah terpengaruh oleh masalah orang lain.

Tips Menghindari Intervensi Berlebihan

Apakah bantuan kita dibutuhkan? Sebelum terlibat dalam masalah orang lain, penting untuk menanyakan apakah bantuan kita benar-benar dibutuhkan. Dengan demikian, kita memberi ruang bagi orang tersebut untuk menentukan apakah ia membutuhkan bantuan atau ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun