Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Intervensi Berlebihan dalam Masalah Orang Lain: Maksud Baik Bisa Jadi Racun

11 Juli 2024   06:20 Diperbarui: 11 Juli 2024   07:00 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perbedaan antara intervensi yang membantu dan intervensi yang berbahaya, sebagai berikut. Intervensi yang membantu adalah tindakan campur tangan yang dilakukan dengan niat baik, berdasarkan permintaan atau kebutuhan individu, serta dilakukan dengan cara yang bijaksana dan menghormati otonomi individu tersebut. Misalnya, memberikan nasihat kepada teman yang meminta saran mengenai masalah yang dihadapinya, atau membantu rekan kerja yang kesulitan menyelesaikan tugas tertentu.

Sebaliknya, intervensi yang berbahaya terjadi ketika campur tangan dilakukan tanpa permintaan atau kebutuhan yang jelas, serta dilakukan secara berlebihan hingga mengganggu kebebasan dan otonomi individu. 

Ini termasuk memaksakan saran atau solusi, mengontrol setiap keputusan, dan tidak memberi ruang bagi individu untuk belajar dari pengalamannya sendiri. Henry Cloud & John Townsend (1992), dalam Boundaries: When to Say Yes, How to Say No to Take Control of Your Life, menyebutkan bahwa intervensi yang berbahaya cenderung membuat individu merasa tidak berdaya dan bergantung, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Alasan Orang Melakukan Intervensi Berlebihan

Keinginan untuk membantu. Salah satu alasan utama orang melakukan intervensi berlebihan adalah keinginan tulus untuk membantu. Banyak orang merasa terdorong untuk memberikan nasihat atau solusi karena mereka ingin meringankan beban atau kesulitan yang dihadapi orang lain. Menurut Stephen Post (2007), dalam Why Good Things Happen to Good People, tindakan membantu orang lain dapat meningkatkan rasa kebahagiaan dan kepuasan diri, namun jika dilakukan secara berlebihan, hal ini bisa berbalik merugikan.

Keinginan untuk merasa dibutuhkan. Keinginan untuk merasa dibutuhkan juga menjadi pendorong intervensi berlebihan. Orang yang memiliki kebutuhan kuat untuk merasa berharga sering kali mencari validasi melalui intervensi. 

Mereka merasa penting dan berarti saat memberikan bantuan atau nasihat, meskipun hal tersebut tidak selalu diperlukan. Menurut Harriet Lerner (1985), dalam The Dance of Anger, kebutuhan ini dapat berasal dari ketidakamanan atau rasa rendah diri yang mendorong seseorang untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari orang lain.

Rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu yang berlebihan juga bisa menjadi alasan intervensi yang berlebihan. Ketertarikan pada kehidupan orang lain dapat membuat seseorang terlibat terlalu dalam dalam urusan orang lain. 

Hal ini bisa terjadi karena ingin mengetahui lebih banyak tentang situasi atau masalah tertentu, yang pada akhirnya mendorongnya untuk memberikan solusi atau saran yang tidak diminta. Bren Brown (2010), dalam The Gifts of Imperfection, menyebutkan bahwa rasa ingin tahu adalah sifat manusia yang alami, namun perlu dikendalikan agar tidak melampaui batas-batas pribadi orang lain.

Keinginan untuk mengendalikan situasi. Keinginan untuk mengendalikan situasi sering menjadi pendorong intervensi berlebihan. Orang yang memiliki sifat kontrol tinggi merasa bahwa mereka harus mengatur atau mengarahkan situasi agar berjalan sesuai dengan yang mereka anggap benar. 

Mereka merasa cemas jika tidak terlibat dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian masalah. Menurut Patricia Evans (2002), dalam Controlling People, individu dengan kecenderungan ini sering merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan berusaha keras untuk menjaga kontrol dalam setiap aspek kehidupan mereka dan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun