Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Intervensi Berlebihan dalam Masalah Orang Lain, Maksud Baik Bisa Jadi Racun

11 Juli 2024   06:20 Diperbarui: 12 Juli 2024   11:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini bisa terjadi karena ingin mengetahui lebih banyak tentang situasi atau masalah tertentu, yang pada akhirnya mendorongnya untuk memberikan solusi atau saran yang tidak diminta. Bren Brown (2010), dalam The Gifts of Imperfection, menyebutkan bahwa rasa ingin tahu adalah sifat manusia yang alami, namun perlu dikendalikan agar tidak melampaui batas-batas pribadi orang lain.

Keinginan untuk mengendalikan situasi. Keinginan untuk mengendalikan situasi sering menjadi pendorong intervensi berlebihan. Orang yang memiliki sifat kontrol tinggi merasa bahwa mereka harus mengatur atau mengarahkan situasi agar berjalan sesuai dengan yang mereka anggap benar. 

Mereka merasa cemas jika tidak terlibat dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian masalah. Menurut Patricia Evans (2002), dalam Controlling People, individu dengan kecenderungan ini sering merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan berusaha keras untuk menjaga kontrol dalam setiap aspek kehidupan mereka dan orang lain.

Kebiasaan menghakimi. Kebiasaan menghakimi juga menjadi faktor yang mendorong intervensi berlebihan. Orang yang cenderung menghakimi sering merasa bahwa pandangan atau caranya adalah yang paling benar. Ia tidak segan-segan memberikan kritik atau saran, meskipun hal tersebut tidak diminta. 

Menurut John Gottman (1999), dalam The Seven Principles for Making Marriage Work, kebiasaan menghakimi sering berakar dari persepsi diri yang merasa lebih superior dan pemahaman yang dangkal terhadap situasi orang lain.

Dampak Negatif Intervensi Berlebihan

Melanggar privasi dan batasan orang lain. Intervensi berlebihan sering melanggar privasi dan batasan pribadi orang lain. Ketika seseorang terus-menerus mencampuri urusan orang lain, ia mengabaikan hak orang tersebut untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri. 

Menurut Henry Cloud & John Townsend (1992), melanggar batasan pribadi dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman dan frustrasi pada individu yang diintervensi, serta merusak hubungan interpersonal.

Memperburuk situasi. Intervensi yang tidak tepat atau tidak diperlukan dapat memperburuk situasi yang ada. Alih-alih membantu menyelesaikan masalah, intervensi berlebihan sering menambah kerumitan dan memperpanjang konflik. 

Menurut Dale Carnegie (1936), dalam How to Win Friends and Influence People, intervensi yang tidak bijaksana dapat memicu reaksi negatif dan perlawanan dari pihak yang diintervensi, sehingga masalah menjadi lebih sulit untuk diatasi.

Menciptakan ketergantungan. Ketika seseorang terlalu sering diintervensi, ia bisa menjadi tergantung pada bantuan atau nasihat dari orang lain. Hal ini menghambat kemampuan individu untuk mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun