"O, begitu. Iya, iya. Paham, paham. Yang sejenis dijadikan satu plastik."
"Gini aja, Nek, biar gampang mengingat-ingat. Pokoknya yang bisa disetor ke bank sampah atau dijual ke tukang rongsokan, itulah yang namanya sampah anorganik. Yang tidak bakalan diangkut Mas X.Â
"Iya, iya. Hehehe .... Bank sampahnya di sini malah sering enggak buka. Malah ada juga daerah yang enggak punya bank sampah, lho."
"Nah, itulah masalah," sambar saya. "Kalau bank sampahnya jarang buka, bingung juga mau mengurus sampah anorganiknya. Kalau banyak bisa sekalian dijual. Kalau sedikit 'kan nanggung. Harus dikumpulkan dulu agar banyak, tetapi bikin repot juga kalau rumah sempit."
"Eh, sampah organik itu yang mana maksudnya? Organik sama apa tadi?" Nenek pemilik toko bertanya lagi.
"Anorganik," jawab saya lemah sebab mulai putus asa.
"Anorganik. Sampah anorganik."
"Iya." Saya mengiyakan.
"Jadi yang botol-botol, kardus, itu harus dibawa ke bank sampah?"
"Iya "
"Itu namanya sampah organik?"