Â
2. Rendahnya Visi Kepala SMK
Kepala SMK hendaknya memiliki visi jauh ke depan karena lulusannya berhubungan langsung dengan masalah ketenagakerjaan dan kebutuhan dunia usaha serta industri. Kebanyakan kepala SMK yang memandang bahwa SMK tidak ubahnya dengan sekolah-sekolah lain menyebabkan proses pembelajaran yang berlangsung juga sama dengan sekolah-sekolah menengah yang lain dengan orientasi pada tingginya persetase kelulusan dan nilai ujian nasional semata. UN dan penilaian-penilaian normatif dan kognitif menjadi panglima dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga lulusan yang dihasilkan hanya memiliki selembar ijazah dan pengakuan-pengakuan normatif formal saja tanpa dimbangi dengan soft skill sebagai kecakapan hidup (life skill) saat terjun di masyarakat.
Â
3. Kompetensi dan Profesionalisme Guru Kejuruan/Produktif
Guru pengampu mata pelajaran kejuruan/produktif mempunyai peran yang stategis dalam menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan siap kerja. Lulusan SMK yang berkualitas hanya akan terwujud jika guru yang mengajar dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran termasuk praktik keterampilan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian adalah guru profesional yang kompeten. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru kejuruan/produktif yang merupakan lulusan LPTK telah tertinggal dalam penguasaaan ilmu pengetahuan dan tenologi. Banyak ilmu pengetahuan dan tenologi terbaru dan mutakhir yang tidak dikuasai oleh guru dikarenakan keterbatasan guru dalam mengakses informasi dan tidak mendapat upgrading keilmuan dan kompetensi dalam pendidikan dan pelatihan yang memadai. Hasil penilaian uji kompetensi guru yang diumumkan oleh pemerintah menunjukkan bahwa nilai kompetensi guru sebagian besar adalah rendah dan dilihat dari sisi kualitasnya banyak keilmuan yang telah tertinggal dibandingkan dengan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang secara pesat.
Â
4. Sarana dan Prasarana Praktik yang Tertinggal
Dunia industri berkembang pesat seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ini tidak mampu diimbangi oleh sebagian besar SMK. Sarana dan prasarana praktik SMK banyak yang sudah ketinggalan jaman dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi yang diterapkan dunia industri. SMK yang kurang atau tidak memiliki fasilitas praktik, membuat lulusannya tidak terampil. Masyarakat sering menyebut dengan SMK Sastra. Lulusan seperti itu kalah dalam persaingan masuk dunia kerja. Tes akademik kalah dengan lulusan SMA, sementara tes keterampilan selalu gagal. Mereka juga sulit memilih pekerjaan di luar jurusannya di SMK. Lengkaplah kemeranaan lulusan SMK Sastra itu.
Â
5. Kurikulum SMK yang Membingungkan