Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Anak-Anak Macam Apa yang Akan Kita Wariskan buat Masa Depan Indonesia?

26 Maret 2023   22:16 Diperbarui: 26 Maret 2023   22:31 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bisakah sekolah menciptakan kondisi kegairahan belajar layaknya bermain?"

Bersinergi Memahami Anak

 

Berangkat ke sekolah tidak sederhana yang dibayangkan. Ada alur cerita yang kompleks.  Orangtua bisa mendiagnosis apa yang terjadi di sekolah dengan melihat antusias anak saat berangkat. Itu ibarat perubahan warna kertas lakmus untuk mendeteksi asam atau basa.

Dalam lingkup yang lebih luas; keengganan berangkat sekolah yang terjadi pada anak saya, bisa jadi  sampel random yang mewakili populasi yang besar. Bahkan jauh lebih besar. Masalah yang lebih besar.

Ibarat gunung es. Yang muncul hanya secuil. Kenyataannya benjolan raksasa. Itu ibarat cermin yang memantulkan bayangan; ada yang harus diubah di sekolah. Ada komunikasi yang perlu dipahami di dalam keluarga. Ada regulasi yang perlu dibenahi oleh pemerintah.

Di lingkup Sekolah. Sekolah harus menjadi panggung ekspresi siswa. Tempat mengembangkan bakat tanpa ketakutan. Ibarat taman bermain, selayaknya menyenangkan. Tempat membangun relasi sosial yang hangat, dan penuh kekeluargaan. Jauh dari kekerasan.

Sekolah bukan penjara akademis. Membungkam suara anak. Menyeragamkan semua potensi anak. Mengurung anak dengan kehadiran fisiknya. Namun, tidak mampu merangkul spiritnya. Itu kesalahan. Itu kekeliruan.

Di lingkup Keluarga. Orangtua harus memahami secara mendalam. Bahwa setiap anak punya bakat uniknya masing-masing. Kadang anak takut mengekspresikan. Orangtua harus peka tentang itu. Maka harus ada komunikasi terbuka dua arah. Orangtua dan anak.

Sebagai gambaran. Tidak semua anak laki-laki gagah ingin berkarir di militer. Bergelut dengan olah fisik dan senapan. Tidak selalu. Bisa jadi keinginan terkuatnya; menjadi koki atau perancang busana.

Burung elang akan mudah diajari terbang, dibanding diajari berlari layaknya kucing. Setiap individu punya jalur alaminya masing-masing. Itulah bakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun