“Oh ga apa-apa kok Pak, sudah jadi kewajiban saya. Kebetulan memang paketnya besar, jadi tidak bisa bawa payung. Selain pembungkus plastiknyanya sudah rapi, saya kerukupin dengan mantel ketika saya nyebrang ke sini jadi aman paket Bapak. Betul ini rumah Bapak Agiel ya?” pungkas Petugas JNE.
Saya yang sebetulnya tidak perlu diyakinkan lagi dengen hanya melihat bungkus paket saya yang tidak basah, sangat kagum melihat dedikasinya namun hanya bisa menjawab, “Iya Betul Mas.”
“Baik. Silahkan tanda tangan di sini Pak,” sambung Petugas tersebut.
“Terima kasih. Saya permisi dulu kalau begitu,” tutupnya sambil berlalu dengan menutupi tubuhnya dengan mantel.
“Loh Mas, saya anter pake payung ini loh,” teriak saya meraih Petugas tersebut yang hendak menyeberang jalan.
“Terima kasih Pak, ini sudah pake mantel” Jawabnya dengan menahan mata yang terpercik air hujan.
Ibu tiba-tiba keluar dan langsung berteriak kencang melawan lantangnya suara hujan sore itu, mencoba mengatakan sesuatu kepada Petugas tersebut yang sudah ada di dalam mobilnya.
“Loh Mas, kok buru-buru!! Ini sudah saya buatkan kopi. Monggo..,”
Kami berdua, saya dan Petugas dari JNE Express pun sontak tertawa mendengar kepolosan Ibu.
“Terima kasih Bu, tapi saya harus bergegas mengantarkan paket lainnya. Sekali lagi, terima kasih Bu” Jawabnya lantang dan yang pasti dengan menahan tawa setelah berbagi kebahagiaan.
Terima kasih JNE karena telah berbagi, memberi dan menyantuni