“Jadi nanti Ibu ga perlu capek-capek lagi kalo nyapu atau bersihin sawang di rumah terlebih kalo aku udah ga bisa bantu karena udah balik kerja. Sekarang tinggal tekan tombol ON, langsung sedot..,” Saya melanjutkan kabar kemenangan itu.
“Mending gak dapet hadiah itu asal kamu di sini aja deh hahaha,” sambung Ibu.
“Ahh Ibu ini,” jawab saya.
“Lagian pasti watt-nya besar itu, boros listrik nanti,” keluh Ibu saya yang mungkin lupa bahwa listrik kami disubsidi negara selama masa pandemi ini.
“Kan listriknya masih disubsisi sekarang Bu. Belum lagi ini mesin teknologi baru, jadi hemat listrik” jawab saya mencoba meyakinkan.
Minggu 13 Desember 2020 tepat setelah 3 hari berlalu. Estimasi saya yang mengira bahwa hadiah itu akan sampai pada 5 hari --mengingat pengiriman kargo dengan berat 13 Kg dan ramainya kuota ekspedisi akhir tahun-- ternyata dapat sampai lebih cepat.
Namun sore itu bukan lah sore yang ramah. Hujan sangat deras sedang mengguyur diiringi sambaran petir yang menggelegar. Bahkan kami mendengar kabar bahwa di kecamatan sebelah yakni Kecamatan Tulangan Sidoarjo sedang terjadi angin puting beliung.
Saya yang ketika itu sedang membuat ajir bambu untuk penegak tanaman di halaman depan rumah, sontak kaget bahwa mobil ekspedisi JNE EXPRESS telah parkir di seberang jalan. Sontak saya berlari ke belakang untuk mengambil payung dan mengabari Ibu bahwa hadiahnya sudah datang.
“Waduh, Ibu barusan aja selesai mandi dan masih pake handuk gini. Yaudah buruan kamu hampiri Mas atau Mbaknya biar ga kehujanan,” jawab Ibu sembari mencari dasternya.
Saya yang berlari ke depan berharap bisa lekas membantu petugas dari JNE sontak kaget bahwa Masnya sudah ada di depan pintu dengan kondisi lumyan kehujanan.
“Barusan mau saya samperin Mas, bawa payung biar ga kehujanan,” saut saya mendahului.