Mohon tunggu...
Aghniya Hanifatil Hakim
Aghniya Hanifatil Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi baca buku, nonton film, dan dengerin lagu. Suka banget sama drama Korea dan topik tentang psikologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

I Live Alone

20 Juni 2023   09:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   10:00 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tante Alya pasti baik-baik aja, Kai." Ucapnya berusaha menenangkanku, tetapi itu tindakannya tidak sepenuhnya membuat pikiranku tenang.

Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit dari kampus ke rumah sakit di mana Mama dilarikan. Sesampainya di rumah sakit aku segera menuju meja resepsionis menanyakan di mana ruangan Mama berada, setelah mendapatkan jawaban aku segera berlari diikuti oleh Azkia dan juga Isyraf. Tibanya di depan ruangan aku melihat Papa sedang berbicara dengan dokter.

"Pa! Gimana Mama?" tanyaku penuh harap bahwa Mama baik-baik saja.

Mendengar pertanyaanku Papa tersenyum sendu dan menggeleng. Tahu apa arti dari senyuman Papa itu, air mataku jatuh semakin deras. Melihat senyuman sendu Papa aku merasa duniaku runtuh seketika.

Aku tidak percaya Mama pergi secepat ini karena pagi tadi Mama masih tersenyum cerah kepadaku, pagi tadi aku masih bisa merasakan masakan Mama yang sangat lezat, pagi tadi aku masih mendengar celotehan Mama, pagi tadi..

"Gak mungkin Pa! Mama tadi pagi masih senyum ke aku, pagi tadi Mama baik-baik aja Pa!" teriak ku sambil memukul dada Papa, berharap bahwa yang ia katakan tidaklah benar.

Aku melihat Papa hanya bisa menunduk dalam. Aku terduduk lemas, menangis sejadi-jadinya. Tolong siapapun! Tolong bilang kepadaku ini semua hanya mimpi! Tolong bangunkan aku dalam mimpi buruk ini! Tolong...

Isyraf langsung memeluk dan aku menangis dalam pelukannya, sedangkan Azkia berusaha menenangkan Papa walau aku tahu dia juga sama sedihnya.

Mulai detik itu aku benci dengan pikiranku sendiri karena pikiran burukku membuat Mama pergi.

***

Rumahku kini sudah dipenuhi banyak orang, mereka semua datang berdoa untuk Mama. Disaat semua orang mengaji untuk Mama, aku hanya memperhatikan tubuh Mama yang sudah tidak bernyawa. Aku masih tidak percaya Mama sudah pergi meninggalkan aku selamanya. Pagi tadi Mama masih baik-baik saja, Mama masih mengomeliku karena aku bangun kesiangan, Mama masih membuatkan aku nasi goreng, Mama masih tersenyum kepadaku, tapi kenapa sekarang Mama tertidur di hadapanku dengan kondisi tidak bernyawa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun