Penonton kembali  bersorak. Si penabuh drum bangkit dari kursi sembari mengangkat tinggi dua stik pemukulnya.
"Nisa, Lihat itu!"
Sepasang stik itu bersinar seperti pasangan melodi yang tak terpisahkan. Saat penyanyi utama mengucapkan terima kasih dan penonton kembali dibuat gila, Nisa justru mengangguk paham ke arah stik drum itu.
***
Detak jantung yang tak biasa. Di depan semua sambutan riuh yang menghargai ini, Arya hanya diam dan terus mengangkat kayu drum-nya. Mengangguk sambil mengedarkan pandangan. Bulir-bulir keringat jatuh dari pelipis turun ke kerah bajunya. Lulutnya gemetar ketika ia menemukan wajah itu di tengah kerumunan.
***
Sebuah surat.
Kertasnya biasa saja. Biru muda dengan gambar kucing di sudut atas.
Arya, aku terlalu malu untuk menyatakan ini.Tapi aku suka padamu.
Eh, lupakan saja.
"Siapa yang menulis ini?"