Mohon tunggu...
Afrilia Utami
Afrilia Utami Mohon Tunggu... -

talk less, doing better.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

LOT 7077

6 April 2012   13:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:57 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah malam apa yang kerap disembunyikan oleh bulan yang sebatangkara. Atau beberapa sipit bintang yang kerap berurutan seakan berpindah-pindah dengan mesranya. Tapi tidak dengan perubahan malam dan bau hujan, seakan nafas tersengal lebih peram. Dan, mengukir kembali mimpi-mimpi dalam pejam.

Bulan itu lama diam, kataku perlahan. Jadi bagaimana yang ringan? Bulan dari pohon kapuk yang lepas dan terbang semaunnya terbawa angin? Ataukah tubuh-tubuh yang telah lama bisu terbaring dan kini meraung-raung inginkan menggoyangkan angin.

Kulihat, Nara suka sekali duduk di sofa itu. Memperhatikanku tertidur, kemudian pergi. Mencatat hal-hal yang tidak pernah kutahu. Irama-irama hati kadang suka sembunyi berkali-kali.

Kepada mereka yang terampil menuliskan sesuatu. Kukatakan, aku ingin membacanya, juga kembali pada do’a yang suka mengapung lebih tinggi. Nara, aku seperti berada di antara kisah-kisah itu. Ayat-ayat yang berjatuhan, menemui nabi-nabi baru sebelum Muhammad. Atau barangkali aku juga pernah menjadi kekasih Chairil? Atau Gie? Dengan catatan Demonstran inginkan reformasi? Kini, aku sakit. Sebentar lagi aku akan pulang lebih cepat, Nara. Kulihat Nara hanya menunduk, beranggap tak pernah menggubris apa yang kukatakan secara perlahan padanya. Ia sudah terlalu sedih karenaku, apa juga dengan kata-kata yang meluncur begitu frustasi. Aku hidup setelah ini, bahkan menjadi mahkluk lain di alam sana.

Titik bercahaya itu seakan bintang kerdil

Seperti aku yang belum tentu dapat jadi pelita

Dan di Dzat-Mu, aku tak bisa ke mana

Tak hilang dari sini. Izrail belum mau menemuiku..

Stadium 3, begitu cepat. Dari diagnosa, aku masih memiliki peluang untuk sembuh.

Mengapa  leukosit dalam tubuhku melahap banyak eritrosit, mengapa tak akur dalam tubuh yang sama. Tapi aku tak dapat melarang mereka bebas berkembang ditubuhku. Semua berjalan, sesuai kehendak tubuhku. Tubuh Tuhan yang lain.

“Dara…” Panggil Nara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun