Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Psikolog

18 Juni 2016   20:24 Diperbarui: 18 Juni 2016   20:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang psikolog diam sambil memandangi wajah klien-nya.

"Sudah berapa lama suami anda menikah siri?"

"Enam tahun."

"Enam tahun?"

Wanita itu mengangguk.

"Anda tampaknya hidup nyaman sekali sampai suami anda bisa dengan tenang bermain di belakang anda untuk waktu yang begitu lama. Keberuntungan yang terus menyertai anda rupanya membuat anda tak peka sama sekali."

"Apa yang harus saya lakukan, Bu?"

"Yang jelas bukan bunuh diri."

"Saya benar-benar sudah kehilangan semangat hidup."

"Kehidupan memberi anda keberuntungan demi keberuntungan, sampai anda lupa bahwa suatu hari akan datang ketidakberuntungan sebagai keseimbangan. Itu sebenarnya kewajaran alam yang mana anda tidak akan terlalu merasa terpukul jika anda siap. Masalahnya adalah anda tak pernah siap untuk sebuah ketidakberuntungan, lantaran keberuntungan anda telah membuat anda nyaman dan tidak pernah belajar untuk peka."

"Adakah jalan keluar untuk saya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun