Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Psikolog

18 Juni 2016   20:24 Diperbarui: 18 Juni 2016   20:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar, Bu."

"Untuk membeli mobil impian?"

Wanita muda itu menggeleng.

"Untuk memenuhi selera belanja, atau, gaya hidup?"

"Itu yang saya tak pernah tahu. Ia tak pernah memberi saya uang kecuali gaji bulanannya secara utuh beserta slipnya."

"Berapa jumlah uang yang disalahgunakan suami anda?"

"Lima belas milyar."

Lima belas milyar? Suami orang ini pasti sejenis orang yang senang dengan bibit penyakit, pikir sang psikolog.

"Suami anda dilaporkan polisi?"

"Ya, sebenarnya ada orang lain yang juga terlibat selain suami saya, yaitu kepala dinas. Tapi karena ayah saya memiliki pengaruh kuat sebagai ketua pengadilan negeri, suami saya dan kepala dinasnya itu tidak ditahan, tapi hanya diharuskan mengganti uang itu tanpa proses hukum," jelas wanita itu.

"Wow, betapa keberuntungan begitu lengket dengan anda dan suami anda, ya? Hanya di negara kita lho, orang yang melakukan kejahatan begitu mudah mendapat pemakluman dan pengampunan. Apalagi jika dekat dengan penguasa, punya banyak uang untuk mengendalikan hukum, dan kejahatan itu dilakukan bersama-sama. Lantas, masalah anda di mana?" kata sang psikolog dengan agak sinis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun