Ingin membahagiakan orangtua dan keluarga cenderung mengacu pada rela berbagi finansial. Tidak salah memang. Itu tindakan mulia. Tapi haruskah sampai menyusahkan diri sendiri?Â
Padahal umur produktif bekerja itu ada masanya, ada batasnya. Adalah baik membantu keluarga besar, tapi pertimbangkan juga diri sendiri di kemudian hari.Â
Fakfa ketiga, internet menjelma jadi kebutuhan pokok. Bila kebablasan, enaknya bisa menggoda dan sukses mengempeskan dompet.
Pernahkah berpikir bahwa hidup tanpa internet tanpa media sosial berkorelasi langsung dengan minimalnya pengeluaran dana.Â
Alasannya sederhana: tak banyak godaan belanja karena tak instal aplikasi belanja dan e commerce. Tak melihat tayangan di medsos yang memancing hasrat untuk mengeluarkan uang atau keinginan untuk wisata dan traveling.Â
Saya baru sadar dua tahun lalu saat sudah memakai kartu pasca bayar untuk dua nomor handphone selama lebih dari sepuluh tahun. Setelah dihitung-hitung untuk dua kartu itu biayanya hampir sama biaya hidup sebulan.Â
Saya lakukan evaluasi ulang, ini habisnya buat apa saja dan untuk kegiatan apa saja yang butuh kuota data besar. Kurangi yang tak penting. Hapus aplikasi yang tak berguna.
Ini bukan berarti tak pakai internet sama sekali tapi kontrol diri sehubungan dengan banjirnya godaan ini dan itu lewat media internet yang bisa memancing hasrat untuk boros.Â
Fakta keempat, kelas menengah ikut program tabungan atau investasi jangka panjang tapi saat tabungan cair inflasi juga melonjak.
Masyarakat kelas menengah adalah market terbesar perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri jasa keuangan.Â
Secara pendidikan secara finansial mereka memenuhi syarat dianggap mampu untuk mencicil. Oleh karena itu selain penawaran kredit, produk tabungan jangka panjang juga ditawarkan.Â