Mau kredit mobil baru lagi tapi usia Bu Minah tahun ini sudah menginjak 52 tahun. Padahal batas umur maksimal nasabah untuk disetujui rata-rata 55 tahun.Â
Akhirnya Bu Minah memutuskan lebih baik menggunakan terus mobil itu selama mobil itu masih layak dipakai atau kelak diwariskan pada anak-anaknya.Â
"Bersyukur punya meski cuma satu, walau nanti sudah tak bisa lagi disekolahin BPKB-nya," demikian pesannya via chat WA.Â
Mengapa masyarakat kelas menengah stagnan secara finansial?Â
Bu Minah pada kisah nasabah di atas boleh jadi adalah salah satu dari nasib kelas menengah di Indonesia.Â
Dibilang cukup ya cukup, tapi tidak bisa dikatagorikan orang yang punya uang banyak.Â
Banyak masyarakat kelas menengah merasa sekian tahun bekerja, sekian tahun punya usaha,tapi ngga kaya-kaya juga. Yang ada kredit terus. Banyak nasabah di kantor usai kredit mesin cuci lalu kredit motor. Setelah lunas mau punya mobil lantas kepikiran kredit mobil.Â
Manakala kredit sedang berjalan eh ternyata anak sulung mau kuliah butuh laptop. Ujung-ujungnya kredit laptop lagi.Â
Nanti si bungsu mau masuk sekolah, eh butuh dana pendidikan. Akhirnya BPKB motornya disekolahin lagi. Gitu terus. Mutar kayak spiral seiring siklus kehidupan.
Lantas apa saja yang bikin nasib kelas menengah cenderung stagnan secara finansial? Cukup berkaca pada fakta dan realita di masyarakat.Â
Fakta pertama, jomplangnya kenaikan UMK setiap tahun dengan kenaikkan barang-barang penunjang hidup.Â