"Om tau Si Marsel dan Si Boy (nama samaran), sekolah di swasta. Aduh mama eh, uang ini uang itu banyak sekali. Marsel mau wisuda SMP masa bayar lagi 800 ribu. Padahal waktu ujian sudah bayar juga," tutur sang istri.Â
Si suami yang duduk di samping istrinya hanya tersenyum saja. Disesap kopi hitam di depannya.sembari mengamati layar HP.Â
"Punya saya kan sudah lunas ya Om. Jadi saya dan istri mau kasi masuk BPKB. Itu baru lunas kredit dua tahun di salah satu finance," kali ini sang suami yang bicara.Â
"Tidak banyak Om. Cukup 4 atau 5 juta saja buat biaya pendidikan anak," kata sang istri menambahkan.Â
Saya mengambil BPKB motor yang sudah disediakan di atas meja. Mengecek tahun unit dan fakturnya. Pula copy STNK atas nama si suami.Â
"Jadi ceritanya anak mau wisuda, BPKB lanjut S2 ya," kata saya bercanda.Â
Haha....Mereka tertawa. Saya juga ikut tertawa. Tapi dalam hati kepikiran. Dengan kondisi satu kontrak istri kadang lancar kadang macet, masih ragu apakah disetujui atau tidak.Â
Biaya pendidikan buah hati, mengapa mahal?
Satu fakta di negeri ini bahwa pendidikan itu mahal. Makin ke sini makin mahal.Â
Bisa jadi karena perangkat teknologi untuk mengakses ilmu juga terus berkembang. Adalah sebuah keharusan bagi siswa dan bukan lagi sebuah pilihan.Â