Mohon tunggu...
Adnan Weka Abid Widyadhana
Adnan Weka Abid Widyadhana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

📍 Lahir dan besar di Kota Apel, Malang, tempat di mana gunung-gunung menjulang seolah memanggil untuk didaki. Pengelana yang menemukan rumah di antara lembar-lembar buku dan jejak pendakian. Ketika tidak sedang menaklukkan puncak, saya tenggelam dalam dunia kata-kata – membaca kisah-kisah yang menginspirasi dan menuangkan pengalaman dalam tulisan. "Jangan pernah melukai hati seorang penulis, atau kau abadi dalam ceritanya" - karena setiap kepedihan bisa menjadi tinta yang tak terhapuskan dalam lembaran hidup. Hanya manusia biasa yang mencoba memahami hidup melalui pendakian, bacaan, dan petualangan. Karena sejatinya, setiap langkah adalah cerita, dan setiap cerita adalah jejak yang kita tinggalkan. ✍️ | 🏔️ | 📚

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dampak Konflik Palestina dan Israel Terhadap Ekonomi Global

20 Desember 2024   00:46 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:22 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketidakpastian Geopolitik

Konflik Palestina dan Israel menciptakan ketidakpastian geopolitik yang berdampak negative seperti proses negosiasi perdamaian yang berlangsung beberapa dekadi terhenti dan terhambat dikarenakan perbatasan, status pengungsi, dan Yerusalem, sehingga mengakibatkan instabilitas di daerah Timur Tengah. Konflik tersebut juga mengakibatkan ketegangan antara negara-negara Timur Tengah dengan Palestina dan Israel yang dapat memicu keamanan global yang mengakibatkan Amerika Serikat, Rusia dan Uni Eropa ikut campur dalam konflik tersebut. Ini dapat menyebabkan negara-negara tersebut ikut campur membela salah satu negara yang terdampak konflik yang mengakibatkan perang antara satu dengan yang lainnya. Ketidakpastian geopolitik juga dapat mengakibatkan perubahan dukungan dan aliansi yang berpotensi mengubah kekuasaan di kawasan tersebut.

Pemboikotan Produk

Pemboikotan produk Israel sudah meluas termasuk di negara Indonesia, di berbagai negara pemboikotan produk tersebut sudah dilakukan sebagai bentuk protes dan solidaritas terhadap tindakan militer yang dilakukan oleh tentara Zionis Israel di Palestina, yang berdampak pada ekonomi global. Berdasarkan survei terbaru oleh Trust Barometer, yang mencakup 15.000 responden di 15 negara, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. Hasil survei ini menunjukkan bahwa 71% responden di Arab Saudi, 57% di Uni Emirat Arab, dan satu dari dua warga Indonesia menyatakan melakukan pemboikotan terhadap produk-produk terafiliasi Israel. Survei ini mengungkapkan bahwa warga dari negara-negara Teluk dan negara dengan mayoritas penduduk Muslim mendominasi gerakan boikot ini, menciptakan dampak signifikan pada perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Israel di pasar global (Republika, 2024). Negara- negara seperti Jerman, India,Mesir,Yordania, Kuwait dan Maroko juga termasuk negara yang memboikot produk-produk Israel yang mengakibatkan kedai cepat saji mengalami penurunan pelanggan. Dari dampak pemboikotan tersebut perusahaan besar berpotensi terafiliasi dengan Israel sehingga mengakibatkan dampak ekonomi yang lebih luas (Jaelani A, 2024)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kajian literatur, Konflik antara Israel dan Palestina memiliki dampak yang sangat luas terhadap perekonomian global yang mempengaruhi berbagai aspek mullai dari harga minyak dunia, jalur perdagangan global, sektor keuangan, ketidakpastian geopolitik, dan pemboikotan produk di berbagai negara. Dalam pembahasan ini akan dibahas secara rinci dampak ekonomi yang diakibatkan oleh konflik Palestina dan Israel serta impikasinya bagi negara-negara di seluruh dunia.

Untuk yang pertama yang paling menonjol adalah (1) Harga minyak dunia. Di wilayah timur tengah merupakan produsen terbesar minyak di dunia yang menyebabkan harga minyak melambung tinggi. Menurut Hasbiullah (2007) dan Kamasa (2014), ketidakstabilan di berbagai negara produsen minyak berujung pada reaksi pasar yang tanggap dengan harga minyak mentah yang mengalami fluktuasi yang signifikan. Contohnya adalah embargo Opec pada tahun1973 dan setelah revolusi Irak yang terjadi pada tahun 1979, yang mengakibatkan negara-negara Arab menghentikan ekspor minyak sebagai bentuk protes dan bentuk solidaritas kepada Palestina. Dari tindakan tersebut terjadi penurunan 3,5-4 juta barel minyak per hari yang berdampak pada perekonomian global. Dengan kenaikan harga minyak, di berbagai negara merasa dirugikan yang dapat menimbulkan inflasi bagi negara-negara pengimpor.

Listiyanto (2008) mengungkapkan bahwa kenaikan biaya produksi dan harga minyak merugian negara importir seperti indonesia yang sangat bergantung pada produsen minyak yang ada di Timur Tengah, hal tersebut mengakibatkan stabilitas ekonomi di berbagai negara tidak stabil yang mempengaruhi pasar internasional.

Kedua, konflik ini juga berdampak pada jalur perdagangan internasional, terutama melalui Terusan Suez, yang merupakan jalur vital untuk perdagangan antara Asia dan Eropa. Gulo (2024) menjelaskan bahwa ketegangan di kawasan ini dapat menyebabkan penutupan atau penundaan pengiriman barang. Misalnya, serangan terhadap kargo di Laut Merah mengakibatkan beberapa pelayaran transit tertunda dan memaksa kapal untuk mengambil rute lebih panjang, sehingga meningkatkan waktu pengiriman dan biaya logistik. Dampak dari gangguan ini sangat terasa di berbagai negara. Di Indonesia, lonjakan biaya logistik akibat keterlambatan pengiriman dapat mempengaruhi daya beli konsumen dan nilai tukar rupiah. Negara-negara Timur Tengah seperti Mesir dan Yordania juga merasakan dampak negatif dari ketidakpastian pasokan dan kenaikan harga komoditas seperti minyak dan gas. Negara-negara Eropa yang mengimpor energi dari kawasan ini menghadapi risiko inflasi dan peningkatan biaya produksi barang-barang impor.

Ketiga, dari perspektif sektor keuangan, konflik ini menciptakan ketidakpastian yang signifikan bagi investor global. Sari & Rinofah (2019) mencatat bahwa dalam situasi ketidakpastian geopolitik, investor cenderung mencari aset yang lebih aman seperti emas dan obligasi pemerintah. Hal ini sering kali mengakibatkan penurunan nilai saham perusahaan-perusahaan yang dianggap terlibat atau mendukung salah satu pihak dalam konflik tersebut. Ketika investor beralih ke obligasi pemerintah dari negara maju seperti Amerika Serikat, permintaan untuk obligasi tersebut meningkat, sehingga menurunkan imbal hasilnya. Ketidakpastian yang berkepanjangan dapat membuat investor enggan menanamkan modal di kawasan yang terdampak konflik, berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi peluang investasi di masa depan (Borodin et al., 2021; Hillman & Potrafke, 2018; Trusova et al., 2021).

Keempat, konflik Palestina-Israel menciptakan ketidakpastian geopolitik yang berdampak negatif pada stabilitas regional dan global. Proses negosiasi perdamaian yang tidak kunjung membuahkan hasil selama beberapa dekade membuat situasi semakin rumit. Ketegangan antara negara-negara Timur Tengah dengan Palestina dan Israel dapat memicu intervensi dari kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa. Intervensi ini berpotensi memperburuk situasi dengan menciptakan aliansi baru atau memperkuat dukungan terhadap salah satu pihak dalam konflik. Perubahan dukungan politik dan aliansi dapat mengubah keseimbangan kekuasaan di kawasan tersebut, menciptakan risiko baru bagi stabilitas politik dan ekonomi di Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun