Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Vous Habitez a Paris?

8 Maret 2016   16:20 Diperbarui: 8 Maret 2016   23:20 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pertama kali berkenalan dengannya di CCF Jakarta. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai salah satu staf di Womancare di Jakarta waktu itu, dia masih menyempatkan waktunya untuk mengajar Bahasa Prancis. Aku adalah salah satu muridnya. Aku juga sempat menemaninya ke Serawak, Malaysia, menjemput beberapa korban perdagangan perempuan di sana. Sejak itu hubungan kami semakin akrab, bahkan menurut sebagian orang, terlalu akrab untuk ukuran sekedar teman biasa. Hmm… 

Meski aku sangat mendukung aktivitasnya dalam memperjuangkan hak-hak wanita yang tertindas. Aku adalah lawan, bahkan musuh bebuyutannya setiap berdiskusi mengenai wanita. Kami mempunyai prinsip yang berbeda dalam memposisikan wanita. Hal tersebut terjadi karena kami memandang eksistensi wanita dalam perspektif yang berbeda. Dia sangat dipengaruhi oleh pandangan liberalnya yang menempatkan kebebasan di atas segala-galanya, sedangkan aku lebih banyak mengacu pada norma-norma agama. 

Meski dia percaya bahwa Tuhan ada, namun dia tidak pernah tertarik untuk menganut agama apapun. Baginya, aturan dan norma agama hanya akan mengekang kebebasan kita dalam berpikir dan bertindak. Menurutnya, dogma-dogma agama tidak lebih dari propaganda yang menyesatkan. 

Meski demikian, dia bisa menjadi lebih religius dan santun, dibandingkan wanita-wanita berkerudung yang pernah aku kenal. Meski dia seorang bule, tutur katanya sangat sopan, prilakunya santun, dan sangat menghormati orang lain. Bahkan untuk masalah sosial, dia lebih islami ketimbang orang islam sendiri. Hidupnya sederhana, semua yang dilakukannya tanpa mengharapkan pamrih, semata-mata karena keikhlasan. Meski dia tidak pernah mau mengakui kerasulan Muhammad, namun dia telah mencontoh kehidupan yang diajarkan Muhammad, nabinya orang Islam. 

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Sophie menuangkan anggur Beaujolais ke gelasnya. Dia mulai menantangku lagi untuk berdiskusi mengenai wanita. 

“Tadi siang, aku lihat di Canal+, di Jakarta lagi ada demo kaum perempuan menuntut kesetaraan gender,” katanya sambil mengangkat gelas anggur ke bibir tipisnya. 

Aku mengangguk. “Iya, aku prihatin…” 

Tiba-tiba dia tercekat dan langsung meletakkan gelas anggurnya. Kedua bola mata birunya melotot. “Excuzes-moi, Monsieur! Anda salah! Seharusnya Anda bangga!” 

“Bagi saya, pria dan wanita tetap berbeda. Tuhan menciptakan pria dan wanita dengan bentuk fisik dan non fisik yang berbeda…” 

“Apanya yang berbeda?” potongnya cepat. 

“Pria diciptakan dengan fisik yang relatif lebih kuat, sedangkan wanita diberi organ reproduksi untuk mengandung dan melahirkan. Dalam mengambil keputusan, pria lebih cenderung menggunakan akalnya ketimbang perasaan, sedangkan wanita lebih mendahulukan perasaannya ketimbang akal sehat.” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun