Setibanya di restoran yang terletak Champs Elysees avenue, seorang pelayan bertubuh tambun menyambut kami dengan ramah. “Bonsoir Monsieur, Bonsoir Madame! Pour deux personnes?”
Aku dan Sophie mengangguk tersenyum, “Oui.”
Sang pelayan lalu mempersilahkan kami mengikutinya. “Par ici, Monsieur.”
Kami mengambil tempat di sudut ruangan yang agak temaram. Kami membuka daftar menu. Aku lalu memesan steak frites, yaitu menu stik dan kentang goreng serta satu porsi ayam. Sedangkan Sophie hanya memesan poulet haricots, yaitu menu ayam dan buncis. Untuk makanan pembuka, kami memilih salad. Untuk minumnya, seperti biasa aku lebih suka memilih air mineral saja, sesuai pesan ibuku. Aku menolak tawaran anggur Beaujolais yang dipesan Sophie.
“Selamat ulang tahun, ya!” kataku sambil menyerahkan novel Dinding-nya Jean Paul Sartre dalam edisi Bahasa Indonesia yang kubungkus dengan rapi.
“Merci…” jawabnya sumringah, lalu segera membuka bungkusannya.
“Gimana?” tanyaku.
Dia nampak sangat senang. “Merci! Voila ce qu’il me faut!”
Dia memang senang membaca buku-bukunya Sartre. Dia sudah memiliki novel itu dalam versi bahasa Prancis dan Inggris.
Sophie Marianne Renata Villeneuve adalah seorang gadis prancis asli yang baik hati dan sangat peduli pada kaum tertindas. Dia lahir di Bordeaux sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari keturunan bangsawan Prancis.
Diusia 5 tahun, ayahnya yang seorang pengajar memboyong mereka sekeluarga ke Paris. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Paris, dia membaktikan hidupnya sebagai aktivis di Womancare, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memperjuangkan hak-hak perempuan yang berpusat di London, Inggris.