“Orang di berita tadi berpotensi untuk melakukannya, Pak,” balas Guru Sejarah.
Televisi pun berubah berita. Kini ia mewartakan bahwa presiden kehilangan sila kelima. Berita semakin heboh karena seluruh negeri ternyata kehilangan sila kelima. Semua warga negara Indonesia pun diwajibkan untuk mencari sila kelima.
“Ah, sudahlah. Kita sudah melakukannya bahkan sebelum diperintah oleh Presiden. Dia sendiri harus menemukannya. Setidaknya kita merasa lega karena ternyata bukan hanya kita yang kehilangan. Kita tunggu saja pengumuman Catursila,” kata Kepala Sekolah terlihat mulai tenang.
“Bahkan Catursila rasanya tak pantas, Pak,” sahutku padanya.
Aku dan Guru Sejarah pun keluar dari ruang Kepala Sekolah tanpa berhasil menemukan sila kelima. Mungkin ia memang pergi karena selama ini tak dihiraukan.
Kuharap sila kelima segera ditemukan dan seluruh negeri masih sempat dihampiri dan bercengkrama dengannya. Tapi, apakah mungkin sila kelima tadi terjatuh dan digondol pergi oleh katak yang menghinggapi sepatu Kepala Sekolah tadi? Atau garuda yang telah menerbangkannya sebelum dicuri orang? Aku lebih curiga ada yang lebih dulu mencurinya untuk dimiliki secara pribadi atau kelompoknya. Mungkin aku tidak menyadari bahwa sebenarnya ketidakbiasaan ini sebenarnya sudah menjadi kebiasaan.
Surabaya, 9 Januari 2016
Sumber gambar: Di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H