Mohon tunggu...
Aditya Prahara
Aditya Prahara Mohon Tunggu... Jurnalis -

Suka olahraga. http://adityaprahara.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Raibnya Sila Kelima

9 Januari 2016   13:57 Diperbarui: 11 Januari 2016   17:42 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak nampak setitik pun di mana sila kelima berada. Di kantin, tak ada. Di toilet, tak ada. Di pos satpam, tak ada. Bahkan di ruang guru pun tak ada pula. Seluruh penjuru sekolah, ruang kelas, ruang kesenian, ruang guru, laboratorium, dan semuanya tak menjadi tempat persembunyian sila kelima. Namun, aku baru ingat ada satu ruangan yang belum kami periksa.

“Ruang kepala sekolah sepertinya belum diperiksa,” kata Guru Sejarah.

Aku meminta kepada seluruh siswa-siswi dan guru untuk kembali ke ruang kelas untuk melakukan kegiatan belajar seperti biasa. Kini aku bersama Guru Sejarah menuju ruang Kepala Sekolah yang mungkin memang menjadi tempat persembunyian sila kelima.

“Bagaimana? Sudah ketemu di mana ia meringkuk?” tanya Kepala Sekolah.

“Hanya ruangan Bapak yang belum kami periksa. Siapa tahu ia tengah tersiksa di sini,” kataku.

“Tidak mungkin. Dia tidak mungkin ada di sini,” ucap Kepala Sekolah.

“Bahkan Bapak tidak rela dia ada di sini?” tanya Guru Sejarah.

Kepala sekolah mengambil poster Pancasila yang tertempel di dinding. Ia memberinya kepada Guru Sejarah.

“Coba kalian tengok sendiri. Bahkan di sini pun hanya ada empat sila. Katakan padaku jika di situ ada,” kata Kepala Sekolah.

Aku merebutnya dari Guru Sejarah. Benar. Sila kelima tak ada. Aku memandangi seluruh isi ruangan. Sepertinya dia memang tak di sini.

“Bapak yakin tidak menyembunyikan sila kelima di dalam laci? Atau di saku celana Bapak mungkin?” tanyaku untuk memastikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun