Mohon tunggu...
Aditya Firman Ihsan
Aditya Firman Ihsan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

deus, homines, veritas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Just Go(d) - Bagian 3

2 Agustus 2014   00:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:39 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara klakson itu segera membuat kepala semua orang di sekitar situ menoleh. Cukup panjang untuk mengindikasikan yang membunyikannya tidak cukup sabar menghadapiku yang kembali kehilangan fokus. Aku cepat-cepat mengarahkan sepedaku kembali ke jalur yang benar. Tanpa ada jeda sedikit pun, mobil itu langsung melaju kencang. Pengemudinya terlihat menggumamkan sesuatu dengan muka mengkerut.

Ah, biarlah. Aku kembali mengayuh sepedaku. Jalanan pun kembali normal.

Entah kenapa aku akhir-akhir ini terlalu banyak melamun, membuatku kehilangan konsentrasi pada berbagai kondisi. Sudah dua kali aku hampir celaka oleh sebab yang sama hari ini. Entah. Pikiranku tidak keruan. Tidak jelas lagi apa yang sebenarnya aku pikirkan dan apa yang aku rasakan. Jadi ku biarkan saja.

Baru 2 hari berlalu sejak kejadian itu. 2 hari yang penuh kesunyian dan keheningan. Selama 2 hari itu pula pikiranku tak menentu entah kemana. Dan efeknya masih ada hingga sekarang.

Beberapa menit kemudian, seperti biasa, aku memarkir sepeda dan langsung duduk di tempat biasa, yang saat itu masih kosong. Taman tidak seramai biasanya, atau mungkin itu hanya perasaanku saja. Beberapa anak-anak terlihat tengah asik bermain di bawah salah satu pohon. Aku duduk agak lama sendirian menatap kejauhan.Entah kenapa aku hanya ingin duduk saja menikmati angin dan matahari, tanpa buku di tangan.

Hingga akhirnya yang sebenarnya aku harapkan muncul juga. Terdengar suara batuk-batuk kecil.

“Han? Tumben, kau selama ini kemana saja?” Sumber suara batuk itu berbicara dan mendekat.

“Mencari kebenaran, mungkin” kataku singkat mengangkat bahu. “Kau tak apa?”

Baru seminggu tak bertemu, keadaannya semakin tak kuasa ku lihat. Aku bantu dia duduk, sementara ku dengar nafasnya membentuk suara bagai biola yang asal digesek.

“Makasih Han, sepertinya tubuhku makin payah saja.”

“Jangan paksakan dirimu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun