"Dulu dia tak ubahnya anak-anak lain di Belantik, kampung paling ujung, di pinggir laut Belitong sebelah timur. Pulang sekolah dia langsung mengalungkan ketapel, mengantongi duku muda untuk pelurunya, bersandal cunghai, melempari buah sagu, mengejar layangan, berlari-lari di padang, dan berenang di danau galian tambang (Hirata, 2015:9).
Dijelaskan bahwa dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata berlatar tempat di kampung Belantik.
Latar suasana yaitu berhubungan dengan keadaan yang terjadi dalam suatu karya fiksi. Dapat dilihat pada kutipan kalimat (10) berikut:
"Malam senyap, tak ada suara kecuali bunyi kalifah-kalifah angin berembus dari arah selatan, menampar-nampar atap rumbia, menyelisik daun delima, menjatuhkan buah kenari, menepis permukaan danau Merantik, menyapu padang, lalu terlontar jauh, jauh ke utara. Sesekali burung-burung pipit yang tidur di gulma terbangun, bercuit-cuit berebut tempat tidur, lalu senyap lagi (Hirata, 2015:1)."
Kutipan diatas menjelaskan bahwa di Belitung, khususnya di Belantik begitu sunyi. Tak ada suara kecuali bunyi-bunyi kalifah-kalifah angin berembus dari selatan.
PenokohanÂ
Penokohan ialah penggambaran karakter tokoh dalam cerita. Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata memiliki beberapa tokoh yang berbeda perwatakan setiap tokohnya. Adapun tokoh beserta perwatakan dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut:
- Sabari memiliki sifat penyabar, penyayang dan baik kepada semua orang. Dapat ditunjukkan ketika Sabari menjalani tes Bahasa Indonesia. Dalam waktu singkat, Sabari telah menjawab semua soal, tetapi dia tidak ingin mengecewakan pihak-pihak yang telah memberinya nama Sabari, yakni ayahnya dan diaminkan neneknya.
- Marlena adalah orang yang keras kepala, berjiwa pemberontak, susah diatur. Dia menunjukkan tanda-tanda berandal sejak SD. Dimarahi, dianggapnya angin lalu saja. Diperingatkan, tak mempan. Diancam, tak gentar. Dinasihati, melawan. Satu patah kata ayahnya, dua patah kata dia. Dihardik supaya rajin belajar biar nanti bisa sekolah tinggi, dipulangkannya kata-kata ayahnya, bahwa ayahnya sendiri dulu drop aut.
- Markoni adalah orang yang keras namun sebenarnya dia baik. Markoni ini dulunya adalah anak yang terpandang, dulu ayahnya menyuruhnya untuk sekolah tinggi tinggi agar dia bisa memiliki masa depan yang cerah namun dia memilih untuk menjadi bedebah. Setelah berkeluarga baru dia menyadari dan menyesal karena tidak menuruti kata orang tuanya. Sifat yang dimiliki pun sama persis dengan Marlena yang keras kepala.
- Amiru adalah anak yang begitu menyayangi orang tuanya dia juga penyabar sama persis dengan Sabari. Itu terlihat ketika ibunya jatuh sakit Amiru merawatnya. Dia rela melakukan apapun demi orang tuanya. Amiru juga begitu menyayangi saudaranya.
- Ukun adalah memiliki sifat yang begitu baik. Dia rela menjelajahi Sumatera demi Sabari. Ukun memutuskan untuk mencari Lena agar Sabari bisa kembali seperti dulu, menjadi orang yang periang.
- Tamat adalah sahabat yang begitu baik. Sama seperti Ukun, Tamat juga bersedia mencari Marlena dan Zorro agar kembali pada Sabari karena Sabari tidak bisa hidup tanpa mereka.
- Toharum adalah orang yang baik, juga merupakan sahabat Sabari. Toharum ini ingin sekali menjadi menteri olahraga. Setelah tamat SMA dia memilih untuk merantau.
- Amirza adalah ayah yang baik dan penyayang. Amirza ini adalah suami keempat dari Marlena. Amirza juga menyayangi anaknya yaitu Amiru.
- Jon Pijarelli adalah ayah yang baik dan penyayang. Jon ini merupakan penyanyi yang terkenal dan dia sempat berhenti sebagai penyanyi semenjak istrinya yang bernama Marlena minta cerai.
- Manikam adalah orang yang baik. Manikam ini pernah menikah dengan Marlena namun pada akhirnya bercerai.
Amanat
Amanat ialah pesan yang terkandung dalam sebuah cerita. Pesan yang disampaikan secara langsung lewat tokoh dalam novel Ayah karya Andrea Hirata ialah sikap tawakal, berprasangka baik, dan sikan pantang menyerah untuk mencapai sebuah cita-cita. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan kalimat (11) dan (12) berikut:
"Adakah kemudian Sabari membenturkan kepalanya ke pohon nagka? Tidak. Adakah dia mengumpankan lehernya ke gerjaji mesin? Tidak. Adakah dia mengikat tangan dan kakinya sendiri lalu memplester mulutnya? Takt ahu bagaimana caranya, sebab bukankah tadi tangannya terikat? Lalu, menceburkan diri ke Sungai Lenggang agar ditelan buaya muara bulat-bulat? Tidak. Ataukah dia menggunakan cara-cara yang picik, bahkan anarkis, untuk menarik perhatian Lena? Maaf, Sabari tak punya sifat-sifat obsesif semacam itu. Halo?" (Hirata, 2015:44).
"Akan tetapi, Sabari tak surut semangat sebab dia selalu berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu menghitung, dan suatu Ketika, Tuhan akan berhenti menghitung" (Hirata, 2015:77).