ANALISIS TEORI STRUKTURALISME -- SEMIOTIK PADA NOVEL AYAH KARYA ANDRA HIRATA
PENDAHULUAN
Novel adalah karya sastra berbentuk prosa panjang yang mengisahkan sebuah cerita. Novel ditulis dengan gaya narasi yang terkadang terdapat deskripsi untuk menggambarkan suasana. Novel merupakan salah satu karya sastra yang menarik untuk dibaca karena novel memiliki alur cerita yang cukup panjang. Novel juga memliki banyak macam, sehingga novel bisa menentukan genre yang disukai oleh pembaca. Novel bukan karya sastra biasa, namun novel merupakan karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian kehidupan dalam cerita.
Novel berkaitan erat dengan bahasa, karena novel tercipta dari bahasa yang dicetuskan oleh penulis ke hasil tulisannya. Bahasa merupakan sebuah sistem dimana bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola tetap dan dapat dikaidahkan. Setiap lambang dari bahasa mengandung makna dan konsep. Untuk memahami makna yang tersirat dalam novel saat mengkajinya memerlukan teori semiotic, karena dalam novel terdapat banyak tanda-tanda yang menjadikannya multitafsir atau bermakna ganda. Sehingga memerlukan teori semiotik dalam menguraikan tanda-tanda tersirat dalam novel tersebut. Adapun teori yang akan digunakan peneliti ialah teori semiotic oleh C.S Peirce.
Semiotik merupakan salah satu kajian sastra yang membahas makna tanda. Pada pemahaman kajian sastra semiotik, semua karya sastra memiliki makna tanda sebagai pembangun karya, dan tanda dipahami melalui kajian semiotik. Dengan demikian pembaca dan penikmat sastra mampu menemukan makna yang diungkapkan pengarang. Serangkaian kajian sastra berfungsi dalam mengembangkan ilmu sastra dan karya sastra melalui ragam kajian, salah satunya semiotik yang dapat pula berfungsi sebagai acuan dalam proses analisis berupa novel.
Karya sastra novel selain mempunyai makna tersirat dari sebuah tanda, novel memiliki unsur struktur pembangunnya. Unsur pembagun novel dapat dijabarkan dengan teori strukturalisme. Teori Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan oleh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.
Analisis novel "Ayah" karya Andrea Hirata menggunakan teori semiotik oleh C.S Peirce dan teori strukturalisme saling berkaitan. Semiotic memandang bahwa karya sastra merupakan struktur tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, makna dan konvensi tanda, stuktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa strukturalisme tidak dapat dipisahkan dari semiotik.
Tujuan dalam analisis ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: 1) Tanda yang meliputi ikon, indeks, dan simbol dalam novel Ayah karya Andrea Hirata berdasarkan analisis semiotik, 2) Unsur intrinsic dalam novel Ayah karya Andrea Hirata berdasarkan analisis strukturalisme.
Fokus kajian yang akan dibahas ialah analisis novel Ayah karya Andrea Hirata dengan menggunakan teori semiotik oleh C.S Peirce dan teori strukturalisme. Teori semiotik akan difokuskan membahas tanda tersirat yang ada di novel Ayah Karya Andrea Hirata berupa simbol, ikon, dan indeks. Teori strukturalisme akan berfokus pada unsur intrinsik yang ada di novel Ayah karya Andrea Hirata.
KAJIAN TEORI
Teori semiotika yang akan digunakan untuk menganalisis ialah teori C.S Peirce pada novel "Ayah" karya Andrea Hirata. Teoi yang dikemukakan oleh Peirce ialah teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tiga hal tersebut saling berkaitan, sebuah tanda harus diinterpretasikan dan sebuah tanda yang sudah dihubungkan dengan objek maka dari tanda yang orisinal berkembang suatu tanda baru yang disebut interpretant.
Tanda menurut Peirce terdiri dari symbol, ikon, dan indeks. Simbol ialah tanda yang muncul dari kesepakatan. Sebuah simbol menjadi sebuah tanda karena hubungan antara penanda dan petanda dikontruksi secara sosial oleh kesepakatan atau konvensional dan maknanya diatribusikan secara arbitrer. Simbol merupakan suatu golongan anda arbitrer yang elementer.
Ikon adalah tanda yang muncul dari perwakilan fisik. Ikon dapat berdasarkan kesamaannya dengan apa yang ditandakannya. Menurut Peirce ikon merupakan tanda yang memberikan tanda berdasarkan kualitasnya sendiri, dan berlawanan dengan indeks, yang tergantung pada objeknya, dan simbol, yang tergantung pada konvensi antara interpreternya. Ikon bukan hanya merupakan komunikasi visual, namun ada di hampir setiap area bidang semiotik, termasuk bahasa (Peirce dalam Noth, 2006:121).
Indeks adalah tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat dengan apa yang dilambangkannya. Indeks secara fisik berhubungan dengan objeknya, mereka merupkan pasangan organic, namun pikiran penginterpretasinya dalam hal ini tidak ada kaitannya, kecuali menyatakannya setelah ditetapkan. Ciri-ciri lain dari indeks Peirce adalah memutuskan perhatian interpreter pada objek, melibatkan keberadaan objek sebagai entitas individu, tidak meyatakan apa-apa, namun memperlihatkan objek tersebut. Indeks untuk menandakan ciri-ciri gaya bahasa penggunaan bahasa "yang menandai sumber sinyal sebagai individu tertentu" atau anggota kelompok sosiolinguistik (Peirce dalam Noth, 2006:114).
Objek adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Objek sebagai acuan dari tanda. Sedangkan interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang diujuk sebuah tanda.
Teori kritik sastra yang akan digunakan ialah teori strukturalisme. Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada praktik kritik sastra yang mendasarkan model analisisnya pada teori linguistik modern. Secara programatis Fages merangkum prinsip-prinsip strukturalisme dalam bentuk ketujuh kaidah berikut: (1) Rule of immanence (kaidah keabadian): kalangan strukturalis menganalisis struktur-struktur dalam suatu sistem, utamnya dalam perspektif sinkronis. (2) Rule of pertinence (kaidah kejituan): Strukturalis menganalisis ciri-ciri sistem yang berkaitan, yakni ciri-ciri yang memiliki nilai diferensial. (3) Rule of commutation (kaidah komutasi): Strukturalis menerapkan tes-tes komutai agar dapat menentukan perlawanan-perlawanan sistemik dalam pasangan-pasangan minimal. (4) Rule of compatibility (kaidah kesesuaian): Strukturalis mengkaji kaidah-kaidah yang mengatur penggabungan (dan dengan demikian juga mengkaji kesesuaian) unsur-unsur dalam teks. (5) Rule of integration (kaidah pengintegrasian): Struktur-struktur dasar harus diintegrasikan secara total dalam sistem. (6) Rule of diachronic change (kaidah perubahan diakronis): Perubahan histori yang dikaji atas dasar analisis sinkronis sistem. (7) Rule of function (kaidah fungsi): Strukturalis mengkaji fungsi komunikasi dan berbagai fungsi lain sistem tersebut (Fages dalam Noth, 2006:299).
Struktur bukanlah suatu yang statis, tetapi merupakan suatu yang dinamis karena didalamnya memiliki sifat transformasi. Karena itu, pengertian struktur tidak hanya terbatas pada struktur (structure), tetapi sekaligus mencakup pengertian proses menstruktur (structurant). Dengan demikian, teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Unsur instrinsik sebuah novel merupakan unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai instrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Jika dilihat dari sudut pembaca, unsur inilah yang akan terlihat saat membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain sebagainya (Nurgiyantoro, 2010: 23)
HASIL ANALISIS
TEORI SEMIOTIK
Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata dapat ditemukan beberapa kutipan yang menyatakan simbol, ikon, dan indeks.
SimbolÂ
Simbol ialah tanda yang muncul dari kesepakatan. Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata dapat dilihat dari kutipan kalimat (1) berikut:
"Tamat teringat akan cerita Lena dalam suratnya kepada Zuraida. Inikah yang dimaksud Lena dengan Festival Tabot? Sebuah festival islami, festival terbesar di Bengkulu, diadakan setiap tahun selama sepuluh hari untuk memperingati wafatnya Hussain, cucu Rasulullah di Padang Karbela. Seperti melihat Masjid Baiturachman, Tamat dan Ukun merasa berungtung tiba di Bengkulu saat Festival Tabot yang memesona (Hirata, 2015:318)".Â
Kutipan diatas menyatakan bahwa Festival Tabot menjadi sebuah simbol di Bengkulu. Adapun tradisi tersebut sudah dilaksanakan setiap tahunnya. Dan festival tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama masyarakat Bengkulu.
Ikon
Ikon adalah tanda yang muncul dari perwakilan fisik. Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata dapat dilihat dari kutipan kalimat (2) berikut:
"Tamat dan Ukun saling pandang, Ukun berbicara. "Maaf saudara Jon, kiranya Pangkal Pinang berada di pulau Bangka. Kalau kita telaah peta secara seksama, akan tampaklah bahwa Pulau Bangka bertetangga dengan Pulau Belitong... (Hirata, 2015:312)".
Kata "peta" Â merupakan perwakilan fisik dari sebuah gambar yang menjelaskan isi bumi, dalam kutipan di atas menjelaskan salah satu pulau yang berada di peta yaitu pulau Bangka.
IndeksÂ
Indeks adalah tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat dengan apa yang dilambangkannya. Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata dapat dilihat dari kutipan kalimat (3) berikut:
"Pernah suatu malam tempat tinggal Zorro didatangi polisi. Sirene bertalu-talu. Lena dibawa polisi. Takt ahu apa yang terjadi dengan ibunya di dalam sana. Dadanya sesak menahan tangis. Waktu ibunya keluar, dia berlari tergopoh-gopoh menyongsongnya (Hirata, 2015:268)". Â
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tanda bisa berupa kata-kata yang memiliki sebab akibat. Seperti pada kutipan tersebut "dadanya sesak menahan nangis" kutipan tersebut menjelaskan sebab dari ibunya Zorro dibawa polisi sehingga Zorro sedih dan menahan nangis.
TEORI STRUKTURALISME
Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata dapat ditemukan beberapa kutipan yang menyatakan unsur instrinsik.Â
Tema
Tema yang terkandung dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata ialah tema pecintaan. Percintaan yang dimaksud ialah percintaan antara saat anak-anak dan percintaan seorang ayah kepada anaknya. Di dalam novel "Ayah" dikisahkan mengenai tokoh yang bernama Sabari, jatuh cinta pandangan pertama pada seorang gadis bernama Marlena. Jatuh cinta Sabari diawali saat Marlena memberikannya sebuah pensil sebagai imbalan atas jawaban Sabari yang direbut oleh Marlena. Walaupun gadis itu tak pernah memedulikannya, Sabari tak pernah menyerah. Apapun yang disukai Marlena akan disukai balik oleh Sabari. Sebuah cerita cinta yang luar biasa oleh seorang laki-laki bernama Sabari. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan kalimat  (4) berikut:
"Jika Lena berada di kantin, Sabari pasti berada dekat rumpun-rumpun beluntas di muka perpustakaan. Berpura-pura melihat-lihat sarang burung prenjak, padahal matanya mencuri pandang. Jika Lena ada di tempat parker sepeda, Sabari gelisah menunggunya melewati gerbang. Kalua Lena main pingpong, Sabari rajin sekali menyapu ruang olahraga, meski bukan giliran piketnya. Kalua Lena main kasti, takt ahu siapa yang menyuruhnya, Sabari sigap sekali Latihan baris-berbaris di lapangan sekolah sendirian (Hirata, 2015:36)."
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Sabari mencari perhatian pada Marlena, diamana pun Marlena berapa pasti disitu ada Sabari yang mengawasinya. Semua itu dilakukan agar Sabari mendapat perhatian dari Marlena.
Sedangkan kalimat yang menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya dapat dilihat dari ketika tokoh Sabari menjadi seorang ayah, dia begitu sangat senang, begitu menyayangi anaknya walaupun bukan anak kandung. Sabari merasa beruntung bisa memiliki anak seperti Amiru/Zorro. Kehadiran Amiru membuat Sabari begitu bahagia. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan kalimat (5) berikut.
"Sabari adalah ayah sekaligus ibu bagi Zorro, full time. Dia menyuapi Zorro dan meminuminya susu. Dia terjaga sepanjang malam jika anak itu sakit. Dia telah mengalami saat-saat panik waktu si kecil demam. Dia membawanya ke puskesmas seperti layaknya dilakukan seorang ibu. Dia tahu perkara gizi balita, vaksin, dan obat anak-anak. Bahkan, dia sering memberi tahu ibu-ibu lainnya soal itu. Pesan Sabari, bayi jangan terlalu sering diminumi air tajin, kalau terlalu sering, nanti jika besar tak bisa matematika macam Toharun, Ukun, dan Tamat (Hirata, 2015: 184)."
Pada kutipan di atas sangat jelas bahwa Sabari begitu menyayangi anaknya walaupun Amiru/Zorro bukan anak kandungnya. Dia rela mempelaari hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak, mulai dari cara menjaga sampai perkara gizi yang jarang diketahui oleh para ayah. Dia sangat senang karena telah memiliki anak. Sabari rela melakukan apapun demi anaknya.
Dalam teori strukturalisme genetik Goldmann, unsur intrinsik tidak bisa lepas dalam suatu kajian, agar bisa melihat pandangan pengarang yang terefleksi dalam novel "Ayah". Andrea Hirata sebagai pengarang begitu mahir menceritakan tentang Sabari yang tergila-gila kepada Marlena dan ketika Sabari menjadi sosok ayah untuk Amiru/Zorro.
Alur
Alur yang ada di dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata ialah alur campuran. Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa adalah unsur utama alur. Keterampilan pengarang dalam menggarap peristiwa menjadi jalinan cerita yang menarik ikut menentukan kualitas cerita yang ditampilkan pengarang
Alur dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata adalah alur campuran. Bagian pertama, Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan kalimat (6) berikut:
"Buku tulis untukmu, Lena," kata Sabari selembut mungkin, malu dan gugup. Buku ini adalah hadiah harapan tiga lomba menulis puisi tingkat pelajar, prestasi tertinggi Sabari. Dia ingin Lena bangga kepadanya "tak usah ya", kata Lena (Hirata, 2015:3)".
Andrea Hirata sebagai pengarang menceritakan tentang Sabari yang sudah tahu tentang Marlena, dan dia memberikan sebuah buku untuk Marlena, namun Marlena yang tidak menyukai Sabari, menolak pemberiannya. Bagian kedua, bercerita tentang Amiru. Disini Sabari sudah menjadi seorang ayah untuk Amiru. Amiru diceritakan sudah berusia sepuluh tahun, kelas lima SD. Amiru tinggal bersama ayah keempatnya, Marlena menikah empat kali, Sabari adalah suami pertamanya sedangkan Amirza suami yang keempat. Di kampung Nira orang-orang sangat senang mendengarkan siaran radio. Tentang sandiwara radio maupun berita mengenai Lady Diana. Karena menurut mereka Lady Diana adalah orang yang membesarkan hati orang miskin. Bagian ketiga, pengarang baru menceritakan mengenai awal pertemuan antara Sabari dengan Marlena. Dulunya Sabari tidak mengenal dan tidak suka soal cinta namun setelah bertemu dengan Marlena saat tes masuk SMA, Sabari merasa ada yang berbeda dari dirinya. Pada saat tes bahasa Indonesia seorang anak perempuan merebut kertas jawaban Sabari lalu menyonteknya, setelah anak itu menyontek Sabari kemudian diberi pensil sebagai hadiah. Dapat dilihat pada kutipan kalimat (7) berikut:
"Sabari menerima pensil dengan tangan yang dirasakannya tak lagi merupakan bagian dari tubuhnya. Dia tertegun karena tak pernah melihat mata manusia seindah mata anak perempuan itu. Begitu indah, teduh tetapi berkilau, bak purnama kedua belas (Hirata, 2015:12)."
Bagian keempat, pengarang kembali menceritakan tentang Amiru, anak dari Sabari. Jadi sangat jelas bahwa Andrea Hirata menggunakan alur campuran dalam karyanya yang berjudul "Ayah". Dalam teori strukt3uralisme genetik, unsur intrinsik berperang penting karena di dalamnya terdapat alur, dengan adanya alur kita bisa mengetahui jalan cerita suatu karya.
Latar
Latar adalah keterangan yang mengacuh pada waktu, tempat dan suasana yang terdapat dalam karya sastra.
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata dapat dilihat pada kutipan kalimat (8) berikut.
"Ri, kami sudah menemukan Lena dan Zorro. Kami akan membawa Zorro pulang naik kapal kayu dari Pelabuhan Dabo dan akan merapat di Tanjung Pandan, sore, 7 September 1997. Demikian supaya maklum (Hirata, 2015: 342)."
Pada kutipan diatas dapat dilihat bahwa sahabat Sabari telah menemukan Marlena dan Zorro dan akan membawanya pulang pada 7 september 1997. Pada saat tahun 1997 umur Sabari 25 tahun jadi dapat diketahui bahwa tahun 1987 umur Sabari 15 tahun saat itu dia sudah masuk SMA. Novel "Ayah" diceritakan saat Sabari ikut tes masuk SMA. Jadi dapat diketahui bahwa latar waktunya pada tahun 1987.
Latar tempat yaitu berhubungan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat pada novel dapat dilihat pada kutipan kalimat (9) berikut:
"Dulu dia tak ubahnya anak-anak lain di Belantik, kampung paling ujung, di pinggir laut Belitong sebelah timur. Pulang sekolah dia langsung mengalungkan ketapel, mengantongi duku muda untuk pelurunya, bersandal cunghai, melempari buah sagu, mengejar layangan, berlari-lari di padang, dan berenang di danau galian tambang (Hirata, 2015:9).
Dijelaskan bahwa dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata berlatar tempat di kampung Belantik.
Latar suasana yaitu berhubungan dengan keadaan yang terjadi dalam suatu karya fiksi. Dapat dilihat pada kutipan kalimat (10) berikut:
"Malam senyap, tak ada suara kecuali bunyi kalifah-kalifah angin berembus dari arah selatan, menampar-nampar atap rumbia, menyelisik daun delima, menjatuhkan buah kenari, menepis permukaan danau Merantik, menyapu padang, lalu terlontar jauh, jauh ke utara. Sesekali burung-burung pipit yang tidur di gulma terbangun, bercuit-cuit berebut tempat tidur, lalu senyap lagi (Hirata, 2015:1)."
Kutipan diatas menjelaskan bahwa di Belitung, khususnya di Belantik begitu sunyi. Tak ada suara kecuali bunyi-bunyi kalifah-kalifah angin berembus dari selatan.
PenokohanÂ
Penokohan ialah penggambaran karakter tokoh dalam cerita. Dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata memiliki beberapa tokoh yang berbeda perwatakan setiap tokohnya. Adapun tokoh beserta perwatakan dalam novel "Ayah" karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut:
- Sabari memiliki sifat penyabar, penyayang dan baik kepada semua orang. Dapat ditunjukkan ketika Sabari menjalani tes Bahasa Indonesia. Dalam waktu singkat, Sabari telah menjawab semua soal, tetapi dia tidak ingin mengecewakan pihak-pihak yang telah memberinya nama Sabari, yakni ayahnya dan diaminkan neneknya.
- Marlena adalah orang yang keras kepala, berjiwa pemberontak, susah diatur. Dia menunjukkan tanda-tanda berandal sejak SD. Dimarahi, dianggapnya angin lalu saja. Diperingatkan, tak mempan. Diancam, tak gentar. Dinasihati, melawan. Satu patah kata ayahnya, dua patah kata dia. Dihardik supaya rajin belajar biar nanti bisa sekolah tinggi, dipulangkannya kata-kata ayahnya, bahwa ayahnya sendiri dulu drop aut.
- Markoni adalah orang yang keras namun sebenarnya dia baik. Markoni ini dulunya adalah anak yang terpandang, dulu ayahnya menyuruhnya untuk sekolah tinggi tinggi agar dia bisa memiliki masa depan yang cerah namun dia memilih untuk menjadi bedebah. Setelah berkeluarga baru dia menyadari dan menyesal karena tidak menuruti kata orang tuanya. Sifat yang dimiliki pun sama persis dengan Marlena yang keras kepala.
- Amiru adalah anak yang begitu menyayangi orang tuanya dia juga penyabar sama persis dengan Sabari. Itu terlihat ketika ibunya jatuh sakit Amiru merawatnya. Dia rela melakukan apapun demi orang tuanya. Amiru juga begitu menyayangi saudaranya.
- Ukun adalah memiliki sifat yang begitu baik. Dia rela menjelajahi Sumatera demi Sabari. Ukun memutuskan untuk mencari Lena agar Sabari bisa kembali seperti dulu, menjadi orang yang periang.
- Tamat adalah sahabat yang begitu baik. Sama seperti Ukun, Tamat juga bersedia mencari Marlena dan Zorro agar kembali pada Sabari karena Sabari tidak bisa hidup tanpa mereka.
- Toharum adalah orang yang baik, juga merupakan sahabat Sabari. Toharum ini ingin sekali menjadi menteri olahraga. Setelah tamat SMA dia memilih untuk merantau.
- Amirza adalah ayah yang baik dan penyayang. Amirza ini adalah suami keempat dari Marlena. Amirza juga menyayangi anaknya yaitu Amiru.
- Jon Pijarelli adalah ayah yang baik dan penyayang. Jon ini merupakan penyanyi yang terkenal dan dia sempat berhenti sebagai penyanyi semenjak istrinya yang bernama Marlena minta cerai.
- Manikam adalah orang yang baik. Manikam ini pernah menikah dengan Marlena namun pada akhirnya bercerai.
Amanat
Amanat ialah pesan yang terkandung dalam sebuah cerita. Pesan yang disampaikan secara langsung lewat tokoh dalam novel Ayah karya Andrea Hirata ialah sikap tawakal, berprasangka baik, dan sikan pantang menyerah untuk mencapai sebuah cita-cita. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan kalimat (11) dan (12) berikut:
"Adakah kemudian Sabari membenturkan kepalanya ke pohon nagka? Tidak. Adakah dia mengumpankan lehernya ke gerjaji mesin? Tidak. Adakah dia mengikat tangan dan kakinya sendiri lalu memplester mulutnya? Takt ahu bagaimana caranya, sebab bukankah tadi tangannya terikat? Lalu, menceburkan diri ke Sungai Lenggang agar ditelan buaya muara bulat-bulat? Tidak. Ataukah dia menggunakan cara-cara yang picik, bahkan anarkis, untuk menarik perhatian Lena? Maaf, Sabari tak punya sifat-sifat obsesif semacam itu. Halo?" (Hirata, 2015:44).
"Akan tetapi, Sabari tak surut semangat sebab dia selalu berpegang teguh pada pesan ayahnya bahwa Tuhan selalu menghitung, dan suatu Ketika, Tuhan akan berhenti menghitung" (Hirata, 2015:77).
Dari kutipan di ats terlihat bahwa amanat yang ingin disampaikan penulis adalah berprasangka baik dan berusaha sekuat mungkin kemudian bertawakal merupakan hal yang bijak. Berbuat baik untuk diri sendiri merupakan hal bijak untuk memaknai kehidupan.
SIMPULAN
Analisis novel "Ayah" karya Andrea Hirata menggunakan teori semiotik oleh C.S Peirce dan teori strukturalisme saling berkaitan. Semiotik memandang bahwa karya sastra merupakan struktur tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, makna dan konvensi tanda, stuktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa strukturalisme tidak dapat dipisahkan dari semiotik.
Fokus kajian yang akan dibahas ialah analisis novel Ayah karya Andrea Hirata dengan menggunakan teori semiotik oleh C.S Peirce dan teori strukturalisme. Teori semiotik akan difokuskan membahas tanda tersirat yang ada di novel Ayah Karya Andrea Hirata berupa simbol, ikon, dan indeks. Teori strukturalisme akan berfokus pada unsur intrinsik yang ada di novel Ayah karya Andrea Hirata.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea. 2017. Ayah. Yogyakarta: Bentang.
Maria. Analisis Nilai Moral Dan Unsur Intrinsik Novel Ayah Andrea Hirata NEW. https://www.scribd.com/document/431646234/Analisis-Nilai-Moral-Dan-Unsur-Intrinsik-Novel-Ayah-Andrea-Hirata-NEW# diakses pada 19 Desember 2022.
Noth, Winfried. 2006. SEMIOTIK. Surabaya: Airlangga University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H