Kalau sebelumnya ada banyak investor yang membeli suatu saham, harga saham tadi tentu akan melonjak. Lonjakan itu tidak terjadi terus-menerus. Pada satu titik lonjakan tadi akan sampai puncaknya, dan pada saat itulah, investor mulai merealisasi keuntungannya (profit taking). Makanya, wajar kalau harganya turun.
Namun, beda kasusnya kalau ada berita buruk yang sifatnya "permanen". Kalau sampai terjadi demikian, sebagus apapun saham yang dibeli, sebaiknya investor segera melepasnya. Sebab, harganya hampir dipastikan jatuh, dan susah kembali ke posisi beli semula.
Kasus saham Boeing bisa menjadi contoh. Oleh karena terjadi kecelakaan yang menimpa pesawat Boeing 737 Max 8 milik maskapai Ethiopian Airlines, saham Boeing langsung dilego para investor. Sahamnya pun "tersungkur" hingga lebih dari 5% pada sesi perdagangan di New York Stock Exchange.Â
Kabar negatif tadi tampaknya "memberangus" minat investor untuk membeli atau menyimpan sahamnya. Sebab, hampir dipastikan, harga sahamnya akan sulit bangkit pascaperistiwa tersebut.Â
Jadi, daripada terus mempertahankan sahamnya, tanpa segan, investor pun segera mengobralnya. Tidak ada gunanya terus memegang saham yang sedang "dihajar" kemelut begitu.Â
Makanya, saat suatu saham terdampak "krisis" (anjlok), investor mesti bersikap dengan cermat. Kita mesti memeriksa penyebabnya terlebih dulu sebelum mengambil keputusan. Kita harus membedakan sentimen yang sifatnya "sementara" dan "permanen".
Kalau krisisnya hanya "sementara", pegang kuat-kuat saham tadi, atau bahkan tambah jumlah sahamnya kalau kita bisa. Setelah krisis tadi lewat, harga sahamnya bisa naik dan kita dapat menikmati cuan besar.
Sebaliknya, jika masalahnya bersifat "permanen", seperti yang terjadi pada Boeing, jangan ragu untuk segera menjual saham tadi. Biarpun dijual dalam kondisi rugi, itu masih jauh lebih baik. Bahkan, boleh dibilang kalau itu adalah langkah yang cerdik.
Sebab, kalau terus didiamkan seraya berharap suatu saat harganya akan berbalik naik, kerugian yang mesti ditanggung bisa saja bertambah lebar. Kalau sampai terjadi demikian, alih-alih menaiki "kereta" (saham) tadi dan melanjutkan perjalanan, sebaiknya kita berganti "kereta" (saham) lain, yang dinilai mampu membawa ke tempat tujuan (keuntungan).
Salam.