Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selingkuhanku Bernama "Keiko"

5 Juli 2017   12:30 Diperbarui: 5 Juli 2017   21:51 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: https://bbc.co.uk

Apalagi aku juga memikirkan perasaan anakku, Yura, andaikan ia sampai mengetahui kalau ayahnya telah "berpaling" pada wanita lainnya.

Makanya, aku terus saja menyembunyikan hubungan kita demi keutuhan, keakuran, dan kedamaian keluargaku.

Keiko, kau tentu tahu sendiri bahwa pernikahan yang kujalani saat ini layaknya "permen karet". Hanya terasa "manis" pada awalnya, tapi "pahit" ujungnya.

Makanya, setelah enam belas tahun mengarungi bahterah rumah tangga, aku sebetulnya sudah bosan. Aku jenuh karena harus menjalani kehidupan yang itu-itu saja.

Apalagi aku dan istriku sering bertengkar. Tak hanya perkara besar, masalah kecil pun sering diributkan.

Makanya, alih-alih terus "bertempur" di rumah, aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Dengan begitu aku berharap bisa melupakan semua perkara yang terus saja berlarut-larut.

Sudah sejak lama sebetulnya aku ingin menggugat cerai Hani. Aku sudah muak dengan semua sikapnya yang sok berkuasa, sok mengatur, dan sok memerintah.

Namun, dalam hati kecilku, aku tak tega. Apakah aku masih mencintainya? Jujur saja tidak. Namun, aku masih sayang padanya.

Bagaimanapun aku pernah "mengarungi" sejumlah kenangan manis bersamanya. Sebuah kenangan yang enggan aku jual dengan harga berapapun!

Lagipula, andaikan kami berpisah, putriku, Yura, tentu akan kecewa. Sedih. Sungguh pahit memang sewaktu kita menerima kenyataan bahwa orangtua kita harus bercerai karena suatu alasan.

Aku sudah pernah merasakannya dulu sewaktu orangtuaku memutuskan hidup masing-masing. Aku ingat betapa aku marah, benci, dan dendam terhadap keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun