Bukankah kita ingin terbebas dari cengkeraman Dewa Kematian?”
“Wahai guru yang bijaksana,” katamu dengan suara penuh wibawa,
“untuk apa aku hidup abadi seorang diri tanpa Chang’e di sisi?”
“Biarlah Chang’e yang menyimpan air abadi ini
sebagai bukti cinta dari suami kepada istrinya.”
Namun, air itu kemudian mengundang malapetaka
lantaran para bandit berusaha merebutnya.
Hou Yi pun mendapat firasat buruk dalam semedinya.
Pada suatu malam yang bersih dari awan,
seratus bandit tiba-tiba menyerbu rumahmu, Hou Yi!
Ribuan anak panah berapi menghujani atap rumah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!