Pendeta itu menatapku lama, seolah sedang mencoba membaca pikiranku. "Kenapa kamu cari Dia?"
"Ada seseorang yang bilang Tuhan lapar," jawabku, mencoba terdengar serius.
Dia tertawa, suara tawa yang dalam dan serak. "Tuhan nggak lapar," katanya. "Tapi kalau kamu benar-benar mau menemukan Dia, coba ke bar di seberang jalan. Tuhan sering muncul di sana saat malam."
***
Bar itu penuh dengan asap rokok dan suara gelas berdenting. Aku masuk dengan kotak kue itu di tangan, merasa seperti seorang vegan yang tersesat di tempat pemujaan daging.
Bartendernya adalah pria besar dengan tato di lehernya yang bertuliskan "DOSA." Dia menatap kotak kue di tanganku dengan alis terangkat.
"Kamu nyari Tuhan?" tanyanya sambil menuangkan bir ke gelas.
Aku mengangguk.
Dia mendengus. "Kalau Tuhan datang ke sini, Dia nggak bakal pesan kue. Dia selalu pesan bir."
"Serius?"
Dia mengangguk lagi. "Dan Dia nggak pernah bayar. Tapi terakhir kali Dia kasih aku tips. Nomor lotre yang menang."