"Kamu pernah lihat Tuhan di sini?" tanyaku, merasa konyol begitu kalimat itu keluar dari mulutku.
Pria itu memiringkan kepalanya, mengamati kotak itu. "Dia suka permen karet rasa stroberi," katanya akhirnya. "Tapi aku nggak tahu Dia suka kue."
"Jadi kamu tahu di mana Dia?"
Pria itu menggeleng. "Kalau aku tahu, aku nggak akan di sini menjual permen."
Aku hampir menyerah, tapi kemudian pria itu menambahkan, "Coba ke gereja di ujung jalan. Pendeta di sana suka ngomong soal Tuhan."
***
Gereja itu gelap dan sunyi, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang berkedip-kedip di altar. Aku menemukan pendeta sedang duduk di bangku panjang, bermain catur dengan patung Yesus di atas altar.
"Skak mat," gumamnya sambil memindahkan bidak. Dia bahkan tidak menoleh ketika aku mendekat.
"Permisi," kataku, mencoba menarik perhatiannya.
Dia mendongak, akhirnya menyadari keberadaanku. "Kamu mau apa?" tanyanya sambil mengusap janggutnya yang berantakan.
Aku mengangkat kotak kue itu. "Aku mencari Tuhan. Kamu tahu di mana Dia?"