Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wacana Kembalinya UN: Antara Cermin Pendidikan dan Tantangan Keadilan

31 Oktober 2024   13:24 Diperbarui: 31 Oktober 2024   13:29 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tanpa ujian, kita hanya menebak, tanpa tujuan; dengan ujian, kita menetapkan standar, menumbuhkan tanggung jawab, dan menghormati kompetensi sebagai hak setiap siswa."

UN, Antara Kritik dan Harapan

Sejak dihapuskan beberapa tahun silam, Ujian Nasional (UN) menjadi bahan perdebatan panjang.

Banyak yang merasa lega dengan penghapusan ini, menganggapnya sebagai langkah maju dalam meredam tekanan akademik yang sering kali membuat siswa stres.

Namun, tak sedikit pula yang memandang kembalinya UN sebagai kebutuhan untuk menjaga kualitas pendidikan. Mereka khawatir, tanpa UN, kita kehilangan tolok ukur yang jelas dan objektif dalam menilai pencapaian siswa di seluruh Indonesia.

UN, bagi sebagian besar orang tua dan guru, adalah lebih dari sekadar ujian. Ia adalah alat evaluasi nasional yang mengukur capaian siswa dan sekolah dalam lingkup yang sama di seluruh negeri.

Bagi para pendukungnya, UN bukan sekadar angka di atas kertas. Ia adalah cermin, yang menunjukkan seberapa jauh kita telah melangkah, dan kompas yang menuntun pendidikan kita ke arah yang lebih baik.

Di sisi lain, kritik terhadap UN juga tak kalah kuat. Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), Nisa Felicia, mengingatkan bahwa kembalinya UN berpotensi membawa kemunduran.

Menurutnya, UN dapat mendorong kecurangan sistemik dan menanamkan pandangan sempit bahwa pendidikan adalah soal angka dan nilai tinggi.

"Kita sudah melihat dampak buruknya dulu: kecurangan dilegalkan demi memastikan kelulusan sempurna," ujar Nisa di forum diskusi PSKP baru-baru ini (Tempo, 30/10/2024).

Mengapa Standar Pendidikan Itu Penting?

Perdebatan soal standar pendidikan bukanlah hal baru. Dalam dunia yang berubah cepat, ada kebutuhan untuk menyeimbangkan antara mendorong perkembangan individu dan menjaga standar yang adil bagi semua siswa.

UN memberikan standar yang memungkinkan kita mengetahui posisi siswa dan seberapa jauh mereka telah melangkah.

Standar ini bukanlah cara untuk menyamaratakan siswa, melainkan alat yang membantu kita menilai apakah semua anak---baik di kota besar maupun desa kecil---mendapat akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.

Pendukung UN percaya bahwa tanpa tolok ukur seperti UN, pendidikan akan kehilangan arah. UN memungkinkan kita memahami di mana posisi siswa secara objektif.

Standar yang diterapkan dalam UN sebenarnya adalah upaya untuk menjaga keadilan pendidikan, memastikan setiap siswa memperoleh hak yang sama dalam menimba ilmu.

Dengan adanya standar ini, kita dapat lebih objektif menilai keberhasilan pendidikan, baik di tingkat siswa, sekolah, maupun nasional.

Namun, Hetifah Sjaifudian, Ketua Komisi X DPR, mengingatkan bahwa fungsi UN harus dilihat lebih dalam.

Menurutnya, UN bisa berfungsi sebagai data evaluatif untuk memetakan kondisi pendidikan secara nasional, bukan sekadar menjadi penentu kelulusan. "UN seharusnya menjadi sumber informasi pendidikan, bukan sebagai patokan lulus atau tidak," ujarnya.

Demokrasi dalam Pendidikan: UN Sebagai Penghubung

Dalam konteks demokrasi, UN berperan sebagai penyamarataan kesempatan bagi siswa di seluruh Indonesia. Dari sekolah terpencil di pedalaman hingga sekolah favorit di kota besar, semua siswa menghadapi ujian yang sama.

UN adalah pengalaman kolektif yang mempertemukan jutaan siswa dari berbagai latar belakang dan budaya dalam satu ruang evaluasi. Mereka duduk bersama, menjawab soal yang sama, dengan persiapan yang berbeda, namun tujuan yang serupa: kelulusan.

UN adalah bentuk dari demokrasi dalam pendidikan. Setiap anak, dari latar belakang ekonomi apa pun, punya kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam ujian ini.

Hari-hari UN adalah hari yang penuh harapan, ketegangan, dan kekuatan emosional bagi siswa di seluruh negeri. Ketegangan ini mengajarkan mereka disiplin dan tanggung jawab, kualitas yang kelak mereka butuhkan di dunia nyata.

Tentu, beberapa pihak memandang bahwa UN bisa menghambat kreativitas dan pembelajaran berbasis kompetensi. Namun, bagi yang melihat UN sebagai bagian dari pengalaman bersama, ujian ini adalah bentuk pembelajaran tanggung jawab.

Mereka percaya bahwa setiap anak perlu menghadapi ujian yang sama sebagai persiapan untuk tantangan yang lebih besar di masa depan.

Makna Angka dan Pentingnya Pengukuran

Nilai UN bagi beberapa orang tua dan guru mungkin terlihat seperti sekadar angka. Tetapi bagi pendukung UN, angka-angka itu lebih dari sekadar statistik.

Mereka adalah cerminan dari hasil usaha siswa, alat evaluasi yang menunjukkan apa yang telah mereka capai dan apa yang masih perlu diperbaiki. Angka-angka ini memberikan gambaran jelas tentang sistem pendidikan kita, memperlihatkan aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan disempurnakan.

UN bukan hanya ajang menguji pengetahuan, tetapi juga latihan untuk menghadapi tekanan dan tanggung jawab.

Di dunia nyata, kita diuji bukan hanya dalam hal apa yang kita ketahui, tetapi juga bagaimana kita menghadapi tantangan. UN, dengan segala kekurangannya, memberi siswa pengalaman menghadapi tantangan yang membutuhkan ketekunan dan keteguhan.

Tanpa ujian yang terstandarisasi, siswa mungkin kehilangan kesempatan untuk belajar menghadapi tekanan yang datang dari luar.

Kita hidup di dunia yang menuntut tanggung jawab dan ketahanan diri, dan UN adalah salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini.

Standar Pendidikan Sebagai Hak Setiap Siswa

Bicara tentang standar dalam pendidikan, kita bicara tentang keadilan. UN bukan sekadar soal pilihan ganda atau ranking, tetapi standar nasional yang memastikan semua siswa memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.

Standar ini adalah bentuk komitmen untuk menyediakan pendidikan yang merata di seluruh Indonesia, dari desa hingga kota.

Ketika standar dihapus, kita kehilangan alat untuk menilai apakah siswa-siswa di berbagai wilayah telah mendapat kesempatan yang sama.

Standar seperti UN juga menjamin bahwa seorang siswa dari desa terpencil mendapat kesempatan pendidikan yang setara dengan siswa di kota besar. Tanpa tolok ukur yang jelas, sulit untuk menjamin keadilan ini.

UN memberikan jaminan bahwa setiap anak, di mana pun mereka berada, memiliki hak untuk belajar dan berkembang dengan kualitas pendidikan yang sama.

UN adalah alat untuk mengukur sejauh mana pendidikan kita telah berjalan, cara untuk memantau apakah kita telah berada di jalur yang benar. Jika kita menghapus UN, kita kehilangan salah satu cara untuk memastikan keadilan dalam pendidikan.

Masa Depan Pendidikan Tanpa UN: Siapkah Kita?

Apabila Indonesia memutuskan untuk meninggalkan UN, apakah kita siap menghadapi konsekuensinya?

Dunia nyata penuh dengan ujian dan tantangan. Untuk mendapatkan pekerjaan, kita harus lulus tes dan wawancara. Profesi seperti dokter atau pengacara memerlukan ujian profesi yang ketat. Ujian adalah bagian dari perjalanan menuju pencapaian.

Tanpa UN, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk mengajarkan siswa menghadapi tekanan dan berjuang mencapai hasil terbaik.

Dunia nyata tidak selalu penuh kebebasan dan kenyamanan; dunia nyata penuh dengan tantangan yang tak terelakkan. Jika kita menghapus UN, kita kehilangan peluang untuk mempersiapkan anak-anak kita menghadapi kenyataan hidup yang penuh ujian.

UN adalah cara untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan. Dunia nyata menuntut ketekunan dan kedisiplinan, nilai yang tercermin dalam persiapan dan pelaksanaan UN.

Tanpa UN, kita kehilangan salah satu cara untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghadapi ujian hidup.

UN: Cermin, Kompas, dan Penentu Arah Pendidikan

Pada akhirnya, UN bukanlah sekadar angka di atas kertas. UN adalah cermin yang menunjukkan seberapa jauh kita telah melangkah, dan kompas yang memberi arahan ke depan.

UN adalah alat yang membantu kita memahami posisi pendidikan kita, sebuah peta yang memungkinkan kita menilai sejauh mana kita telah berjalan dan seberapa jauh kita masih harus melangkah.

Tanpa UN, kita berisiko kehilangan arah dan standar dalam pendidikan. UN adalah cara untuk menjaga pendidikan di Indonesia tetap berada di jalur yang benar, memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk belajar dan berkembang.

UN adalah alat yang membantu kita melihat ke dalam diri kita sendiri, mengetahui kekuatan dan kelemahan kita, dan menetapkan tujuan pendidikan yang lebih baik.

Dengan atau tanpa UN, pendidikan harus menjadi perjalanan yang memupuk rasa tanggung jawab, disiplin, dan kesetaraan bagi semua siswa. Namun, menghapus UN adalah keputusan yang harus dipertimbangkan matang-matang.

UN adalah bagian dari perjalanan pendidikan Indonesia, sebuah tradisi yang tidak hanya menjadi tolok ukur tetapi juga sebagai penentu arah, pengingat bahwa pendidikan bukan sekadar angka tetapi komitmen untuk masa depan yang lebih baik bagi setiap anak bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun