Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kenapa Manusia Rela Berjam-jam di Jalan Demi Secuil Kepuasan?

18 September 2024   09:16 Diperbarui: 19 September 2024   09:47 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kepadatan kendaraan di Jalan Raya Puncak, Tugu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (16/9/2024). KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Ritual kemacetan menjadi bagian dari cerita yang dibawa pulang, sebuah ironi dalam pencarian kebahagiaan di tengah tekanan hidup perkotaan.

Mungkin, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar mencari pelarian, atau hanya sebuah ilusi? Macet mungkin tak bisa dihindari, tapi bagaimana kita menghadapinya, itu pilihan kita.

Puncak bukan hanya sekadar tempat berlibur. Ia adalah cermin, sebuah metafora, tentang bagaimana kita menghadapi kehidupan yang penuh tekanan. 

Terjebak di jalan, terjebak dalam rutinitas, kita terus bergerak, mencari, meski tahu bahwa kebahagiaan yang akan kita dapat kadang hanya secuil, sementara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun