Ritual kemacetan menjadi bagian dari cerita yang dibawa pulang, sebuah ironi dalam pencarian kebahagiaan di tengah tekanan hidup perkotaan.
Mungkin, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar mencari pelarian, atau hanya sebuah ilusi? Macet mungkin tak bisa dihindari, tapi bagaimana kita menghadapinya, itu pilihan kita.
Puncak bukan hanya sekadar tempat berlibur. Ia adalah cermin, sebuah metafora, tentang bagaimana kita menghadapi kehidupan yang penuh tekanan.Â
Terjebak di jalan, terjebak dalam rutinitas, kita terus bergerak, mencari, meski tahu bahwa kebahagiaan yang akan kita dapat kadang hanya secuil, sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H