Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - eklegein

Meminati Filsafat//Sejarah//Ilmu Pendidikan --- Film, Bola, dan AS Roma. Menyukai diskusi mencerahkan yang memperluas wawasan. Menyukai diskusi dan introspeksi yang membuka wawasan baru tentang kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenapa Manusia Rela Berjam-jam di Jalan Demi Secuil Kepuasan?

18 September 2024   09:16 Diperbarui: 18 September 2024   12:37 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Viral kemacetan parah terjadi di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. (Foto: Tangkapan layar Instagram Bogorkeun).

Selain itu, pembatasan kendaraan pribadi yang masuk ke kawasan wisata pada waktu-waktu tertentu, mirip dengan aturan di beberapa negara maju, bisa menjadi opsi. 

Jepang, misalnya, terkenal dengan sistem transportasi massal yang efisien, bahkan ke destinasi wisata terpadat sekalipun. Puncak, dengan lokasinya yang relatif dekat dengan Jakarta, bisa memanfaatkan solusi serupa.

Penyediaan sistem park and ride---di mana kendaraan pribadi parkir di tempat tertentu dan wisatawan melanjutkan perjalanan dengan transportasi publik---juga bisa diterapkan. 

Tentu saja, semua ini memerlukan infrastruktur yang solid dan kampanye kesadaran dari pemerintah agar masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke publik.

Tips Berlibur Tanpa Harus Terjebak Macet

Bagi mereka yang masih memilih untuk menikmati liburan di tengah kemacetan, ada beberapa tips yang dapat membantu mengurangi stres perjalanan. 

Pertama, rencanakan waktu perjalanan di luar puncak arus mudik. Berangkat lebih awal atau memilih hari-hari biasa di luar long weekend akan mengurangi kemungkinan terjebak di jalan.

Kedua, gunakan aplikasi navigasi dan pemantau lalu lintas secara bijak. Teknologi modern bisa menjadi teman baik dalam memilih rute alternatif yang lebih sepi. 

Ketiga, persiapkan mental. Kadang-kadang, kesenangan dalam perjalanan bukan pada kecepatan mencapai tujuan, tetapi pada bagaimana kita menikmati setiap momen, bahkan di tengah kemacetan.

Refleksi: Sebuah Tradisi Modern?

Pada akhirnya, liburan ke Puncak yang penuh macet bisa dilihat sebagai semacam tradisi modern. Ini bukan hanya soal mencapai destinasi, melainkan sebuah perjalanan yang sarat dengan makna. 

Ritual kemacetan menjadi bagian dari cerita yang dibawa pulang, sebuah ironi dalam pencarian kebahagiaan di tengah tekanan hidup perkotaan.

Mungkin, jawabannya ada pada diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar mencari pelarian, atau hanya sebuah ilusi? Macet mungkin tak bisa dihindari, tapi bagaimana kita menghadapinya, itu pilihan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun