Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengedukasi Tamu Hajatan Nasi-Lauk Dihabiskan, Kurangi Sampah demi Kelestarian Lingkungan

6 Februari 2024   11:54 Diperbarui: 6 Februari 2024   11:59 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tips lain juga bisa dengan memasang tulisan yang cantik di dekat meja makan. Misalnya, "silakan ambil secukupnya dan habiskan". Bisa juga "jangan menyisakan nasi dan lauk di piring". Bisa juga dengan imbauan yang lain.

Ini penting karena jumlah massa yang hadir itu bisa sampai ratusan bahkan ribuan. Bayangkan ada ribuan piring dengan nasi yang banyak dan lauk yang hanya dimakan separuh. 

Alangkah mirisnya kita. Di saat ada saudara kita yang sulit makan, di hajatan malah makanan dihambur-hamburkan penuh kemubaziran.

Tuan rumah tentu senang makanan yang ia sajikan ludes sesuai dengan jumlah tamu yang datang. Namun, ia bakal terperangah juga saat tahu di bagian belakang gedung, sampah makanan menumpuk.

Lantas, apa kaiatan ini dalam konteks menjaga lingkungan dari limbah domestik? Tentu saja berkaitan sangat erat.

Begini ilustrasinya. Di kota saya, Bandar Lampung, dalam sehari, tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung di Kecamatan Telukbetung Barat, menerima minimal seribu ton sampah. 

Pola mekanisme pengelolaan sampah di sini masih open dumping. Sampah yang masuk hanya ditempatkan secara terbuka begitu saja.

Pemisahan organik dan anorganik sedari rumah tangga belum begitu marak. Jadi, semua sampah menyatu. Campur baur. 

Termasuk sampah makanan dari tempat hajatan atau kondangan. Karena open dumping, sampah lama kemudian bercampur dengan yang baru. Demikian saban hari.

Karena sampah ini punya energi, ia membahayakan jika tersulut sedikit saja api. Kejadian ini bukannya tidak pernah terjadi. Ini betulan sungguh terjadi. 

Bahkan, Oktober tahun lalu, kebakaran di TPA Bakung ini luar biasa dampaknya. Hampir seminggu asap bakaran dari tempat sampah akbar ini membubung dan masuk ke tengah kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun