Bahwa itu kemudian menjadi karya jurnalistik juga bisa. Sebab, itu memang faktual dan punya nilai publik. Artinya, pendapat kebanyakan perempuan soal jilbab ini menarik.Â
Makin menarik karena ia ada di ranah perguruan tinggi Islam. Di situ persoalannya.
Baca Juga: Guru Penggerak Cermin Kegagalan Pendidikan
Diskusi akan makin ramai jika dikaitkan dengan negara Arab Saudi yang sudah memperkenankan perempuan keluar rumah tak pakai jilbab. Ini makin menarik lagi.
Sekarang, kira-kira apa langkah dari kampus untuk bisa menempatkan jilbab ini pada posisi yang pas. Bahwa itu adalah kewajiban bagi muslimah yang tertera dalam ayat Alquran.Â
Untuk yang ini, saya sependapat. Sebab, esensinya perguruan tinggi Islam, selain menyiapkan lulusan yang kompeten, juga islami. Salah satu aspeknya tentu saja dalam hal berpakaian.
Bahwa kemudian berkembang anggapan-anggapan yang saya ketikkan di beberapa poin di atas, memang benar adanya. Ia menjadi fenomena. Tinggal perguruan tinggi yang membuat terobosan agar sedikit demi sedikit bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Saya berpendapat, semua dosen yang masih mengajar di kampus Islam, kasih tahu soal jilbab setiap kali pertemuan. Misalnya, saat khatimah perkuliahan, disampaikan untuk tetap berhijab di mana saja berada.Â
Sampaikan ayat Alquran dan kemanfaatannya. Sehingga, ini memotivasi.Â
Mungkin awalnya tidak dari sisi religiositas, tapi dari sisi lain. Kata orang, "hidayah" itu bisa datang dari jalan mana saja.
Kemudian, kampus juga mesti kasih advis kalau akhlak itu selalu diperbaiki menuju kebaikan lainnya. Sehingga, tidak alasan tak pakai jilbab karena takut salah.Â