Kedua, segera ingat kekhasan orang ini
Ini penting untuk interaksi di awal yang tidak lama. Namun, kita ada kesan khusus kepadanya.
Segeralah cari kekhasan orang ini agar kita lebih mudah mengingat-ingat namanya. Ucapkan itu berulang-ulang, tidak masalah.
"Oh, Mas Bambang ini alumni Smanda juga ya. Wah hebat ya Mas Bambang studi doktor ilmu komunikasinya di Australia. Oke, Mas Bambang, sampai jumpa lagi ya. Nomor ponsel Mas Bambang sudah saya simpan."
Dengan sering menyebut nama orang itu di kesempatan pertama, otak kita sudah menginderainya dan merekamnya dengan baik. Besok-besok kala berjumpa, ingatan itu akan muncul lagi dan lihat saja keajaibannya.
Ketiga, bahasa tubuh yang hangat
Kepada yang lebih tua, saya acap mencium tangan. Ini memang kebiasaan sejak kecil kepada orangtua kandung, kepada uwak, kepada paman, dan sepupu yang lebih tua. Bahasa tubuh semacam ini umumnya diingat orang dan memberikan kesan yang baik.
Demikian juga sekarang jika bertemu orang baru yang lebih tua. Saya terbiasa mencium tangan mereka dengan takzim.
Ini perilaku tidak dibuat-buat, memang alami saja. Namun, bagi yang belum terbiasa, mungkin baik juga dicoba.
Bahasa tubuh ini bisa juga berupa merangkul pundak seraya tertawa karena ada sesuatu yang lucu. Bisa juga dengan memegang lengannya dengan dua tangan kita seraya mengobrol hal yang ringan tapi berkesan, dan sebagainya.
Sekarang saya agak sering menyambangi beberapa guru saya sewaktu SMA dan kebanyakan sudah pensiun. Saya kadang mampir ke rumah beberapa guru dengan membawa buah tangan alakadarnya.