Itulah sekelumit betapa bungahnya kita ketika dikenal orang dan orang itu bisa menyebut nama kita dengan baik. Padahal kami belum satu kali pun berjumpa khusus dan berkenalan.
Dari situ saya mendapat pelajaran penting. Dari situ pula saya membiasakan untuk berkenalan dengan banyak orang dan menghafal nama mereka, mengenali karakteristik khas wajah orang itu, dan mencatat nomor ponselnya.
Pelajaran menghafal nama orang itu kemudian saya terapkan ketika diminta menjadi dosen luar biasa atau dosen tamu di UIN Raden Intan Lampung. Saya mengajar mata kuliah Jurnalistik Islami untuk mahasiswa semester III Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Awal mengajar dapat lima kelas. Satu kelasnya kurang lebih 30 orang.
Ketemu mereka tiap minggu sekitar lima belas pertemuan untuk satu semester. Dari situ, ikhtiar menghafal nama mereka saya lakukan.Â
Memang lumayan berat. Namun, karena saya sejak awal menyukai relasi dengan orang lain, lama kelamaan gampang.
Apalagi interaksi di kelas juga intim. Mereka banyak yang bertanya.
Saya mengulang-ulang nama mereka. Setiap kali pertemuan saya mengabsen lisan mereka. Kata orang sih absen congor, ups, kasar tidak istilah ini ya, hahaha.
Karena sering diujarkan, nama mereka saya hafal satu per satu.
Kalau ada yang rada sulit namanya, saya kaitkan dengan sesuatu yang bikin saya ingat. Ada nama mahasiswi ujungnya Sandi. Saya ingatnya ke Sandiaga Uno saja sehingga mudah menghafal namanya.
Alhamdulillah ikhtiar menghafal nama itu bisa lancar. Nomor telepon mereka saya masukkan satu per satu, khususnya yang memang rajin di kelas, juga rajin mengerjakan tugas.