Tidak usah lama-lama bersilaturahminya. Kadang hanya di depan pintu, saya mencium takzim guru-guru saya sewaktu SMA dan mereka kaget didatangi saya.
Saat mereka mengajak ke dalam, saya menolak halus karena memang ingin sebentar saja.
"Ibu, Adian pamit ya. Sekadar mampir saja. Asal melihat ibu sehat, alhamdulillah."Â
Sembari bilang begitu, tangan saya menggamit tangan guru tadi seraya menyelipkan amplop kecil sekadar tanda sayang saja.
Bahasa tubuh demikian, juga kepada mereka yang baru kita kenal, akan menimbulkan kesan yang baik. Kehangatan kita itu seraya menghafal namanya akan selalu diingat.Â
Setidaknya, jika besok kita bertemu lagi dan dia lupa-lupa ingat, ujungnya akan ingat karena kita yang mengingatkan.
"Saya Adian, Bang. Tempo hari pernah ketemu di kantor Abang."
Biasanya jawaban yang kita terima, "Oh iya, iya, ingat sekarang. Apa kabarnya?"
Keempat, berinteraksi di media sosial
Sekarang kita relatif lebih mudah untuk mengingat nama seseorang. Apalagi kita sudah terhubung di media sosial. Karena itulah, komunikasi di media sosial juga dijaga dengan baik.
Simpel sebenarnya dan tidak membutuhkan alokasi waktu yang khusus dan lama.