Terngiang-ngiang selalu setiap kata perkata dari beberapa kutipan surat kontrak. Kupikir mulai esok, kebebasanku sebagai manusia harus dilenyapkan dan menjadi budak cinta dari sebuah perjanjian berdarah tempo dulu. Saat ayahku memerlukan tempat peristirahatannya yang terakhir.
"Pihak B tidak memiliki hak apapun."
[Ayah, kuikhlaskan semua kehidupan ini demi tubuhmu yang seharusnya sudah lebih damai dan juga untuk semua keluarga yang kau titipkan kepadaku.]
"Bismillahirrahmanirrahim." Surat kontrak kutandatangani, namun belum sempat habis tanda tangan, tiba-tiba tangan Aljero menghentikan semuanya ini. Kemudian menatap wajah ayahnya.
"Ayahhh ... Kasihanilah ibuku!"
"Dueer ...."
Bagaimana tersambar petir di pagi yang masih terlampau kabut. Tak kupercaya mereka adalah anak dan ayah.
"Borjuis, kau kawanku bukan? Jangan lakukan ini kepada keluargaku."
"Hutangku terlampau banyak, Aljaro."
"Ayah ...."
Dosen itu mengacuhkan anaknya dan melanjutkan acara penandatanganan kontrak.Â