Mohon tunggu...
Aksara Adeera
Aksara Adeera Mohon Tunggu... Administrasi - Admin

Bukan penulis, hanya orang yang hobi nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mama, Mengapa Aku Berbeda?

19 September 2023   16:25 Diperbarui: 19 September 2023   16:36 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak berapa lama, aku melihat Mama menuruni anak tangga bersama Aina. Adik kembarku terlihat cantik mengenakan gaun kembaran dengan Mama berwarna merah muda dipadu pernak-pernik mutiara serta rambut dikepang dua, sementara aku hanya mengenakan gaun putih polos yang Papa belikan kemarin. Ada sedikit rasa cemburu yang menjalari dada, tetapi sebisa mungkin kutepis agar tidak membuat Papa khawatir.

"Kenapa, Sayang?" tanya Papa membuyarkan lamunanku.

"Ah, tidak ada, Pa. Aira baik-baik saja," ujarku memaksa tersenyum.

"Ya sudah, Nak. Biarkan Aina bersama Mama, kamu di sini aja sama Papa, ya." Mendengar itu, aku hanya mengangguk pelan.

Tidak berapa lama, semua tamu undangan telah hadir. Mama segera mengeluarkan kue tart bertuliskan "Happy Birthday Aina 12 tahun". Beliau menyuruh Aina mendekat dan meniup lilin ulang tahun. Setelahnya, Mama memberi kado spesial dan menghadiahi Aina dengan kecupan bertubi-tubi. Sementara itu, aku hanya terdiam menatap semuanya.

'Aira ingin seperti itu karena Aira juga putri Mama ....'

"Sini, Kak!" Aina tiba-tiba melambaikan tangan ke arahku.

Aku mendekat, mengikuti instruksi darinya. Tiba-tiba, ia menarik pergelangan tanganku, lalu menyuruhku memegang pisau untuk memotong kue. Kemudian, tangannya diletakkan di atas tanganku.

"Kita potong bareng-bareng, ya, Kak. Satu ... dua ... tiga!" tutur Aina. Aku hanya mengikuti pergerakan tangannya.

"Potongan pertama untuk Kak Aira, kakakku tercinta. Aaaa ...."

Tanpa diduga, Aina memberikan potongan kue pertama untukku. Sebelum menerimanya, diri ini menatap ke arah Mama. Tampak raut ketidaksukaan yang terpancar dari wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun