Mengacu pada kemampuan berbuah yang maksimal dari setiap benih yang dirawat dengan baik di dalam media tanam , maka kita dapat mengembangkan hal ini pada analogi sebagai berikut.
‘Apabila 1 kepala keluarga makmur, ia telah menumbuhkan dan menambah penghasilan dan pendapatan negara melalui seluruh barang dan jasa yang dibelinya, yang dikonsumsi olehnya dan berikut seluruh dana bergerak atas usahanya’ .
Bila keluarga tersebut memiliki belanja harian untuk uang jajan anaknya hanya mampu untuk membelikan jajanan misalnya ‘cimol’ seharga Rp 1000,- (seribu rupiah) , maka setidaknya sejumlah 10% dari harga tersebut telah termasuk pajak yang secara tidak langsung ikut dibelinya.
Maka, pajak yang didapatkan dari transaksi tersebut yaitu senilai value seratus rupiah (Rp 100,-) .
Bila kemakmuran digalakkan kepada 1 kepala keluarga , maka daya beli keluarga tersebut akan meningkat , dari tadinya kemampuan perekonomiannya hanya mampu membelikan jajanan anaknya berupa cimol seharga Rp 1000,- (seribu rupiah) , menjadi semisal seharga Ayam KFC senilai Rp 35.000,- (tiga puluh lima ribu rupiah).
Berapa value pajak atas nilai harga tersebut?
Bila persentase dianggap sama maka transaksi makanan tersebut memberikan pajak senilai Rp 3.500,- (tiga ribu lima ratus rupiah) dari tadinya senilai Rp 100,- (seratus rupiah), perbandingan lompatannya 1:35 kali dari pendapatan devisa negara dari nilai sebelumnya.
Apakah Nusantara akan menjadi miskin apabila menerapkan asas Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, baik secara bertahap dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun dalam jangka panjang perjalanan Nusantara? Jawabannya, ‘tentu tidak’ .
1.2. Falsafah Mesin Devisa Negara .
Pokok Utama kedua dalam Berkeadilan Sosial adalah pembangunan ‘Mesin Devisa Negara’ yang disebut Asset Produksi berupa Badan Usaha Milik Negara .
Penulis hendak menjabarkan sebuah analogi tentang falsafah mesin devisa di dalam analogi skala ‘Factory’, bahwa sebuah Factory memiliki tiga divisi utama yang saling terkait untuk menjadi penopang utama jalannya proses produksi disana, sebuah Factory harus memiliki Gudang Bahan Baku dan bahan penunjang beserta Isinya, sebuah Factory harus memiliki mesin – mesin Produksi berikut operatornya yang handal dan bertanggung jawab terhadap item – item yang diproduksi, dan sebuah Factory harus memiliki divisi ekspedisi untuk melakukan pengiriman hasil Produksi .
Sebuah Factory tidak bisa hanya berkutat masalah Hasil Produksi dari mesin-mesin Produksi , sedangkan Gudang Bahan Baku mereka tidak memenuhi atau tidak cukup bahan untuk mencapai Produksi maksimal. Dan betapapun besarnya Hasil Produksi, tanpa pengiriman ekspedisi atau armada pengiriman, maka hasil produksi tidak akan menghasilkan pendapatan yang bagus untuk Factory tersebut.
Sebuah Negara harus memiliki Sumber Pendapatan devisa langsung dari Rakyat (Gudang baku bagi tumbuhnya pendapatan Devisa Sebuah Negeri), sebelum berfokus pada mesin – mesin produksi devisa baik berupa program – program kementrian, maupun penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan-perusahaan milik negara dalam hal ini pengelolaan BUMN .