Perjalanan nusantara telah sampai pada masa terakhir pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono . Pemilu 2014 telah diselenggarakan, dua abdi dalam pemerintahan berkompetisi untuk memperebutkan kursi kekuasaan selanjutnya . Visi – Misi pun dipaparkan . Pemilu dilaksanakan dengan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengawalan ketat terhadap suara mereka dalam pemilu presiden kali ini . Namun semua visi yang dipaparkan masih terkesan janji-janji politik semata dan terkesan masih mengawang tak tampak berdaya untuk membawa nusantara memasuki lompatan besar menjadi poros dunia .
Nusantara ini masih nusantara yang sama, yang pernah menjadi satu-satunya ketua umum Persatuan Bangsa – Bangsa . Mengapa kita tidak bisa mencapainya kembali, menjadi pemersatu bangsa – bangsa di dunia dengan membawa ideologi pancasila mengakar dan menyuburkan kemakmuran bangsa – bangsa di dunia .
Beberapa pertanyaan dilontarkan dalam benak rakyat nusantara, tentang kemana arah negara ini hendak dibawa oleh penerus tahta Nusantara?
Apakah hanya asas kekuasaan dan rasa penasaran semata yang menjadi pandangan dalam perebutan tahta Nusantara?
Semua menanti bagaimana kelanjutan kisah perjalanan nusantara ini, karena poros dunia yang baru telah pantas terbangun dari tidurnya setelah melalui proses pendewasaan yang panjang dalam proses perjalanan demokrasi di dalam tubuh pemerintahan . Nusantara menanti pemimpin-pemimpin masa depan yang benar – benar sanggup membuka dan membawa negeri nusantara ini ke gerbang kemakmuran . Dalam negeri yang -Maha Kaya- Nusantara Jaya Dwipa . Nusantara menanti pemimpin yang dapat membawa dan mewujudkan sebuah lompatan besar Nusantara untuk menjadi ‘Poros Kemakmuran Di Dunia’ . Sanggupkah kita?
**
3. Falsafah Ideologi Pancasila yang Terlupakan .
Nusantara adalah negara yang telah dibekali dasar negara sebagai pondasi arah pembangunan kemajuan dan kemakmuran bangsa . Nusantara dibekali 5 Falsafah Ideologi Pembangunan yang dilupakan oleh Para Penggilir Kursi Jabatan . Salah satu falsafah yang dilupakan itu adalah tentang bagaimana menjadi negara yang ‘Berkeadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ .
Falsafah berkeadilan , memiliki pokok utama untuk mencapai Ketepatan Proses pembangunan Negara, yaitu sebagai berikut :
1.1 Falsafah Benih .
Sebagaimana perbedaan yang didapatkan antara ‘Benih di dalam toples dan benih di dalam Polybag ( media tanam )’ . Falsafah ini mengacu pada sebuah perumpamaan bahwa ‘sebuah kacang hijau hanya akan tumbuh apabila didukung dengan media tumbuh polybag, bukan di dalam toples yang disimpan dan tak terjamah oleh tanah’ .
Pengembangan falsafah benih ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan mengaplikasikannya di dalam perekonomian rakyat di-lapisan terbawah. Sebagaimana dalam sebuah pertanian, hasil maksimal adalah bergantung dari setiap pohon yang ditanamnya .
Di dalam Falsafah benih, walaupun kita memiliki se-toples benih unggul yang didapatkan dari induk pohon yang sama, namun apabila perlakuan dalam media tanamnya berbeda, maka dipastikan hasil akhir dari setiap benih pasti akan berbeda drastis. Ada yang berbuah, ada yang mati, ada yang terserang hama, ada yang buahnya tidak sehat, semua terwujud dari bagaimana perlakuan yang kita berikan semasa pertumbuhannya di media tanam . Begitulah perekonomian lapisan terbawah, apabila kita merawatnya dengan baik di setiap pohonnya, maka akan menghasilkan pertumbuhan benih yang maksimal dengan hasil yang berkali lipat dalam jangka waktu yang terukur oleh sistem .
Bila negara ini benar-benar mau memperhatikan setiap minimal 1 saja kepala keluarga dan menganggapnya sebagai asset negara yang benar-benar dirawat dan ditumbuh-kembangkan dengan baik oleh negara, maka ia akan memberikan sebesar-besar manfaat buah yang baik, baik dalam bentuk kegiatan perekonomian keluarga tersebut yang memberi peran dalam pendapatan devisa negara melalui pajak yang diperoleh darinya, maupun track record prestasi keluarga tersebut di dalam ber-masyarakat dengan masyarakat lainnya .