Mohon tunggu...
Achmed Hibatillah
Achmed Hibatillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Mahasiswa yang konsisten berjuang untuk transformasi sosial demi terciptanya masyarakat egaliter.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Subjek Seharusnya dalam Pembangunan Nasional Indonesia

22 Desember 2022   10:31 Diperbarui: 22 Desember 2022   10:34 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orde lama sangat lambat dalam membangun Negara Indonesia. Ketidakjelasan arah pembangunan nasional di era kepemimpinan Soekarno membuktikan bahwa tidak ada output nyata dalam pembangunan nasional Negara Indonesia. Marhaenisme menjadi kedok bagi Soekarno untuk menutupi kelemahan kepemimpinan yang ia miliki. Kaum "marhaen" yang merupakan petite bourgeoisie menjadi kekuatan utama dalam ideologi Marhaenisme. 

Padahal dalam literatur sejarah, kaum petite bourgeoisie telah menjadi salah satu kekuatan reaksioner yang sangat besar dalam sejarah. Contohnya Partai Nasional Sosialis Jerman yang berangkat dari amarah kaum petite bourgeoisie terhadap kaum big bourgeoisie. 

Masalah kebencian Partai Nasional Sosialis ini merambat pada fitnah rasial yang begitu penuh dengan kebencian yang amat sangat mendalam terhadap warga Yahudi Eropa. Terlebih lagi, Soekarno menyatukan berbagai elemen masyarakat yang tidak mungkin disatukan dalam sebuah wadah front persatuan nasional Nasakom.

 Jika kita tinjau lebih lanjut, kaum nasionalis merupakan kelompok militeris yang berpedoman pada ideologi borjuis, kaum agamis merupakan kelompok reaksioner yang senantiasa mendambakan kejayaan status quo yang menindas, dan kaum komunis merupakan kelompok revolusioner yang menginginkan terwujudnya masyarakat tanpa kelas. 

Berbagai perspektif ini berdasarkan penilaian kami mengenai pemikiran yang dimiliki oleh mayoritas kelompok tersebut pada saat itu, bukan dalam artian analisis pemikiran menggunakan metode yang radikal.

Beranjak pada rezim Orde Baru, pembangunan nasional berjalan namun dengan diiringi dampak negatif yang sangat besar. Banyak citra positif terhadap Orde Baru yang sampai saat ini terbenak dalam kepala masyarakat Indonesia. 

Dan glorifikasi pada Soeharto seperti pemberian gelar pahlawan untuknya sebagai Bapak Pembangunan sering digencarkan oleh politisi borjuis untuk menaikan pamornya dengan mencitrakan dirinya sebagai penerus "Bapak Pembangunan". 

Pasti kita tidak asing dengan slogan "Penak jamanku to?" Kalimat ini seolah-olah merupakan bentuk nostalgia masyarakat Indonesia terhadap rezim Orde Baru yang telah berjasa dalam melakukan pembangunan nasional dan menciptakan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada saat itu. 

Sebenarnya slogan itu hanyalah sebuah kalimat yang dilebih-lebihkan oleh politisi borjuis Golkar dan tidak mengandung kesimpulan sebenarnya yang menggambarkan kondisi objektif masyarakat Indonesia pada saat itu. 

Tidak ada yang "penak" dalam rezim Orde Baru kecuali hanya ilusi keenakan yang tercipta oleh rekayasa Orde Baru terhadap masyarakat Indonesia. Dibalik "penak" itu, banyak ketidak "penak" an yang timbul dalam masyarakat Indonesia.

Soeharto memang pada saat itu gencar dalam melakukan pembangunan nasional. Gedung-gedung megah terbangun di ibukota Negara Indonesia. Pencapaian pembangunan infrastruktur lebih maju dibanding era Orde Lama. Namun segala pencapaian itu tidak dapat Soeharto raih kecuali dengan hal-hal yang mengerikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun