"Kejawen," jawab Mbak Karsono.
Ini persoalan yang serius. Formulir pengisian data KTP hanya mencantumkan enam agama. Kejawen tidak ada. Namun, Mas Darno punya solusi.
"Ngeten mawon, Mbah. Menawi kulo tulis Islam mawon pripun?"
"Yo ojo. Wong aku ora tahu shalat," jawab Mbah Karsono.
Mas Darno pun menawarkan agama lain sekadar syarat "formalitas" agar Mbah Karsono memiliki KTP. Mbah Karsono tetap bersikeras menolaknya.
Lalu, datanglah tetangga sebelah, Nunung, mengembalikan palu milik Mbah Karsono. Kesempatan ini digunakan Mas Darno untuk meminta tolong Nunung membujuk Mbak Karsono agar memilih salah satu agama yang "diakui" pemerintah.
"Mbah, lha Jenengan niku agamane napa?" tanya Nunung.
"Ya Kejawen. Manunggaling kawula gusti," kata Mbah Karsono sambil tangannya menunjuk ke atas.
Nunung pun menyarankan Mbah Karsono pura-pura memilih salah satu agama hanya sebagai persyaratan. Hendak mencentang salah satu agama, Mas Darno tidak berani. Takut memalsu data, katanya.
Pengisian data KTP macet. Pripun niki? Lha piye? Pripun, Mbah? Piye iki, Nung?
Nunung punya ide cemerlang. "Bagaimana kalau kita mengundang Pak RT?"