Disertai kedua anaknya, Hamidah mengikuti langkah Pras ke dalam ruangan tamu. Sesudah sungkem pada Den Lara Hartati, Pras menjelaskan segala permasalahannya di Jakarta. "Siang kemarin, aku mengadakan rapat dengan Nurlinda dan Pramono stafku itu di kantor perusahaan. Dalam rapat itu, aku meminta Nurlinda agar mengembalikan uang perusahaan yang dihutangnya buat membayar THR pada seluruh karyawan. Karena Nurlinda belum sanggup mengembalikan uang pinjaman yang disalahgunakan untuk kredit BMW dan bersenang-senang dengan Pramono, terpaksa aku mengambil tabungan dan melepaskan tiga androidku untuk membayar THR. Sesudah persoalan itu beres, aku putuskan untuk mudik. Setiba di perbatasan Yogja-Purworeja, aku mengetahui bahwa Nurlinda dan Pramono mengalamai kecelakaan hingga tewas lewat televisi mobil itu."
Seusai penjelasan Pras, Hamidah merasakan dadanya terbebas dari sebongkah batu yang menyumpalnya. Merasakan bahwa Tuhan sang penabur keadilan di ladang kehidupan telah hadir di ruang tamu di hari fitri itu. Kehadiran-Nya yang sejauh mata batin Hamidah memandang itu serupa matahari biru di langit lebaran.
-Sri Wintala Achmad-