Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Matahari Biru di Langit Lebaran

28 Maret 2018   17:09 Diperbarui: 29 Maret 2018   23:47 4781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamidah menjatuhkan wajahnya ke pangkuan Den Lara Hartati. "Maaf, Bu! Aku khilaf."

"Sabar ya, Ndhuk! Kalau Pras belum dapat datang hari ini, mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya."

"Bukan karena itu, Bu," jawab Hamidah sembari mengangkat wajahnya yang basah air mata.

"Lantas, karena apa?"

"Ketiga android Mas Prass dimatikan."

"Karenanya, kau berpikir kalau Pras melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama? Percayalah, Ndhuk! Pras itu, tipe lelaki setia pada seorang istri. Bertanggung jawab pada keluarganya. Sebagaimana rama-nya. Swargi Kangmas Sudibya."

"Tapi...."

"Sudahlah! Sekarang, ambillah air wudlu! Bersembahyanglah subuh! Sesudah mandi dan sarapan, kita pergi ke alun-alun. Berjamaah sholat 'id."

Selepas Hamidah, Den Lara Hartati meninggalkan ruang tamu. Memasuki ruang tidur menantunya. Menggendong cucu bungsunya yang telah terbangun dengan selendang kawung. Membawanya ke teras rumah. Mengembannya sembari menyenandungkan lagu Lela-Lela Ledhung.

***

Alun-alun yang penuh serakan sampah koran itu kembali lengang. Orang-orang berpakaian serba baru yang semenjak fajar berjajar membentuk sap-sap untuk berjamaah sholat 'id itu telah pulang ke rumahnya masing-masing. Demikian pula dengan Den Lara Hartati, Hamidah, dan ketiga anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun