Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Matahari Biru di Langit Lebaran

28 Maret 2018   17:09 Diperbarui: 29 Maret 2018   23:47 4781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.theodysseyonline.com

Disertai kedua anaknya, Hamidah mengikuti langkah Pras ke dalam ruangan tamu. Sesudah sungkem pada Den Lara Hartati, Pras menjelaskan segala permasalahannya di Jakarta. "Siang kemarin, aku mengadakan rapat dengan Nurlinda dan Pramono stafku itu di kantor perusahaan. Dalam rapat itu, aku meminta Nurlinda agar mengembalikan uang perusahaan yang dihutangnya buat membayar THR pada seluruh karyawan. Karena Nurlinda belum sanggup mengembalikan uang pinjaman yang disalahgunakan untuk kredit BMW dan bersenang-senang dengan Pramono, terpaksa aku mengambil tabungan dan melepaskan tiga androidku untuk membayar THR. Sesudah persoalan itu beres, aku putuskan untuk mudik. Setiba di perbatasan Yogja-Purworeja, aku mengetahui bahwa Nurlinda dan Pramono mengalamai kecelakaan hingga tewas lewat televisi mobil itu."

Seusai penjelasan Pras, Hamidah merasakan dadanya terbebas dari sebongkah batu yang menyumpalnya. Merasakan bahwa Tuhan sang penabur keadilan di ladang kehidupan telah hadir di ruang tamu di hari fitri itu. Kehadiran-Nya yang sejauh mata batin Hamidah memandang itu serupa matahari biru di langit lebaran.

-Sri Wintala Achmad-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun