"Buka!"
"Siap"
"Cepat!"
"Siap."
Sesudah pintu sel dibuka oleh sipir, kedua robot itu mendorong tubuh Nurani dengan kasar ke dalam ruang sel yang pekat. Tanpa disengaja, tubuhnya membentur tubuh-tubuh lumer. Selumer tubuh kekasihnya di kota asalnya.
"Siapa saudara ini?"
"Nurani."
"Pantas. Tubuhmu selumer tubuhku. Bicaramu sesantun bicaraku. Wajahmu secantik wajahku."
"Aku laki-laki."
"Tapi wajahmu terlalu cantik."
"Kau bisa memandangku?"