Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kota Setan

21 Maret 2018   13:46 Diperbarui: 21 Maret 2018   14:03 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"E-KTP?"

"Ya."

Dengan tangan gemetaran, Nurani merogoh sesuatu dari balik jubah sutranya. Belum satu menit, ia sudah memberikan E-KTP dari dompet beludrunya kepada robot itu.

"Tangkap!" perintah robot itu kepada kedua robot bawahannya.

"Kenapa saya ditangkap?"

"Kau bukan warga Kota Setan."

Mendengar Kota Setan, perasaan Nurani semakin kacau. Ia bermaksud mengambil seribu satu langkah. Berlari seperti pendekar-pendekar Cina yang tangguh menggunakan ilmu meringankan tubuh. Menyelamatkan diri. Tetapi sebelum ia menggerakkan kedua kakinya, tangannya sudah disambar kedua robot bawahan itu. Diborgol. Tubuhnya diseret dan dilempar ke atas mobil patroli. Lebih hina dari sampah atau bangkai binatang buruan.

Di atas mobil patroli, kedua mata Nurani ditutup kain hitam. Telinga dan hidungnya disumpal biji peluru. Mulutnya dijejali bom. Hingga sepanjang perjalanan; ia tidak mampu mendengar, mencium, sesak napasnya, dan tidak kuasa menggerakkan tangannya. Tapi, itu lebih mujur. Sebab satu gerakan saja dapat menyebabkan tubuhnya hancur berkepingan.

Mendadak mobil patroli berhenti. Borgol, kain hitam, peluru, dan bom dilepaskan dari bagian-bagian tubuh Nurani. Seperti maling, ia diseret menuju pintu penjara tanpa sepercik cahaya.

"Pir!"

"Siap"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun